Komunitas Menulis Perlima: Media Pengembangan Kreativitas dan Kesejahteraan Psikologis Perempuan Dewasa Madya

Komunitas Menulis Perlima: Media Pengembangan Kreativitas dan Kesejahteraan Psikologis Perempuan Dewasa Madya

Febriyanti Dwi Safitri

Abstrak

Perempuan Penulis Padma (Perlima) merupakan komunitas menulis yang lahir pada 30 Maret 2021, di masa pandemi COVID-19. Komunitas menulis yang berbadan hukum ini memiliki sekretariat di Surabaya dan ruang belajar di Omah Padma, Semambung, Purwodadi. Komunitas Perlima merupakan media yang potensial untuk mengembangkan kreativitas dan kesejahteraan psikologis perempuan dewasa madya yang terdiri dari ibu rumah tangga, para profesional dan LSM yang tersebar di seluruh Indonesia hingga mancanegara. Komunitas yang anggotanya telah mencapai 110 orang di tahun 2023 ini, memberikan wadah bagi perempuan penulis dewasa madya untuk berkarya, mengembangkan potensi diri, dan berbagi pengetahuan menulis. Melalui kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan, komunitas Perlima dapat membantu perempuan dewasa madya untuk: mengekspresikan diri melalui tulisan sehingga dapat memunculkan ide-ide kreatif dan menyalurkan emosi, membangun relasi sosial dengan sesama perempuan penulis sehingga dapat memperoleh dukungan dan motivasi, serta meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis.

Kata kunci: Perlima, perempuan dewasa madya, kreativitas, kesejahteraan psikologis, literasi

Pendahuluan

Dunia kepenulisan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir turut diwarnai oleh denyut kreatif para perempuan dewasa madya. Kelompok yang kerap diasumsikan telah melewati masa puncak produktivitas ini justru menunjukkan taringnya melalui karya-karya sastra dan nonsastra yang memesona. Di antara denyut kreatif tersebut, berdenyut pula komunitas menulis Perempuan Penulis Padma (Perlima), sebuah entitas yang tidak hanya menjadi wadah ekspresi literasi,

tetapi juga secara implisit berkontribusi terhadap pengembangan kreativitas dan kesejahteraan psikologis anggotanya.

Kehadiran komunitas Perlima telah mengusik rasa ingin tahu akademis. Bagaimana sebenarnya komunitas ini, yang lahir di masa pandemi COVID-19 ini mampu memberdayakan para perempuan dewasa madya yang terdiri dari ibu rumah tangga, para profesional dan LSM melalui kegiatan literasi? Bagaimana interaksi antara aktivitas menulis, membaca, dan berdiskusi dalam komunitas ini bermuara pada peningkatan kreativitas dan kesejahteraan psikologis anggotanya? Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, artikel ini hendak menelisik komunitas Perlima melalui lensa psikologi pendidikan.

Kaitan Landasan filosofis Paulo Freire dengan Komunitas Perlima

Paulo Freire (1921-1997) adalah seorang filsuf dan pendidik asal Brasil. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh pendidikan paling berpengaruh di abad ke-20. Freire memulai kariernya sebagai pengacara, tetapi kemudian beralih ke pendidikan literasi untuk orang dewasa, serta pelatihan pekerja di Timur Laut Brasil. Freire dengan cepat mendapatkan pengakuan internasional atas pengalamannya dalam bidang literasi. Pada tahun 1964, Freire dipaksa mengasingkan diri karena kediktatoran militer di Brasil. Ia tinggal di Bolivia, Chili, dan negara-negara lain. Selama masa pengasingan ini, ia menulis beberapa buku, termasuk “Pedagogy of the Oppressed (Pedagogi Kaum Tertindas)” (1968). Setelah kembali ke Brasil pada tahun 1980, Freire melanjutkan kariernya sebagai pendidik dan penulis. Ia menjabat sebagai Sekretaris Pendidikan Kota São Paulo, dan terus menulis dan berdebat tentang pentingnya pendidikan untuk transformasi sosial. Ide-ide Freire tentang pendidikan kritis telah berpengaruh di seluruh dunia. Ia berpendapat bahwa pendidikan harus menjadi proses dialogis yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kesadaran kritis tentang dunia mereka. Ia juga percaya bahwa pendidikan harus berfokus pada pembebasan orang-orang yang tertindas.

Landasan filosofis Paulo Freire tentang pendidikan yang membebaskan (liberatory education) menjadi acuan awal dalam penulisan artikel ini. Freire memandang literasi sebagai senjata untuk melawan ketertindasan dan ketidakberdayaan. Kegiatan literasi yang dilakukan oleh perempuan dewasa madya di komunitas menulis Perlima merupakan salah satu bentuk penerapan liberatory education yang diusung oleh Freire. Di tangan para anggota komunitasPerlima, pena tidak lagi sekadar alat tulis, melainkan instrumen pemberdayaan diri dan penyuara berbagai hal yang selama ini mungkin terpinggirkan

Kaitan Teori Kreativitas Dean Keith Simonton dengan Komunitas Perlima

Lahir pada tahun 1948, Dean Keith Simonton menjabat sebagai Profesor di bidang Psikologi di University of California-Davis, yang membawa kontribusi berharga dalam dunia ilmu pengetahuan. Simonton memiliki spesialisasi penelitian dalam bidang kecerdasan manusia, psikologi sains, bakat, dan kreativitas. Menurut Simonton (1988), puncak pencapaian kreatif bervariasi dalam berbagai bidang, dengan matematika, fisika, dan puisi lirik, manusia mencapainya pada akhir usia 20-an dan awal 30-an. Sementara dalam filsafat dan menulis, puncaknya terjadi pada akhir usia 40-an dan awal 50-an. Simonton (2009) mendefinisikan kreativitas sebagai “keaslian yang adaptif,” yang mengharuskan ide atau produk untuk bersifat orisinal, baru, mengejutkan, atau tidak terduga, dan sekaligus memberikan solusi yang berguna untuk masalah kehidupan nyata. Keaslian tersebut tidak hanya mencakup inovasi, tetapi juga adaptabilitas yang penting, menekankan bahwa kreativitas tidak hanya tentang menghasilkan ide baru tetapi juga kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan tantangan. Simonton (1999) menyoroti peran faktor lingkungan, seperti kebetulan, peluang, dan situasi tertentu, dalam memicu ide kreatif. Faktor-faktor individu, seperti pendidikan, pelatihan, mentor, dan bahkan pengalaman traumatis masa kecil, juga dapat memengaruhi kreativitas historis seseorang. Dengan demikian, Simonton menggarisbawahi kompleksitas kreativitas dan hubungannya dengan faktor internal dan eksternal yang membentuknya.

Teori kreativitas Simonton dapat diterapkan secara relevan dalam konteks aktivitas literasi dalam komunitas menulis seperti Perlima, yang terdiri dari perempuan penulis usia dewasa madya. Pengembangan kreativitas anggotanya dapat dianalisis dengan mempertimbangkan aspek domain dan lingkungan, sebagaimana dijelaskan oleh Simonton.

Dari segi domain, komunitas Perlima memberikan wadah bagi pengembangan pengetahuan dan keterampilan menulis melalui berbagai kegiatan dan diskusi. Komunitas ini menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pertukaran ide dan pengalaman antara anggotanya, yang memungkinkan untuk terus mengasah keterampilan menulis mereka. Keberadaan mentor dan panutan di dalam komunitas juga dapat dianggap sebagai faktor pendukung dalam pengembangan domain kreativitas, sesuai dengan teori Simonton yang menyoroti peran panutan dan pelatihan dalam mempengaruhi kreativitas individu.

Dari segi lingkungan, komunitas Perlima menciptakan atmosfer yang supportif dan kolaboratif. Keberadaan komunitas ini dapat dianggap sebagai lingkungan yang memfasilitasi interaksi sosial, kolaborasi, dan saling dukung antara anggotanya. Dukungan emosional dan sosial dari sesama penulis dapat menjadi faktor lingkungan yang penting dalam merangsang kreativitas, sesuai dengan konsep Simonton tentang faktor-faktor eksternal yang memengaruhi kreativitas.

Melalui kombinasi domain yang terus berkembang dan lingkungan yang mendukung, komunitas Perlima memiliki potensi besar sebagai katalis bagi lahirnya ide-ide kreatif dan karya-karya orisinal dari para penulisnya. Analisis ini mencerminkan pentingnya memahami peran domain dan lingkungan dalam konteks komunitas menulis, sesuai dengan pandangan Simonton tentang kreativitas yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Kaitan Teori Kebutuhan Maslow dengan Komunitas Perlima

Abraham Maslow (1908-1970) adalah seorang psikolog Amerika yang mengembangkan hierarki kebutuhan untuk menjelaskan motivasi manusia.

Teorinya menyatakan bahwa manusia memiliki sejumlah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi sebelum mereka naik ke atas hierarki untuk mengejar kebutuhan yang lebih bersifat sosial, emosional, dan aktualisasi diri.

Sumber Gambar: Maslow’s Hierarchy of Needs By Saul McLeod, published May 21, 2018 https://canadacollege.edu › dreamers › docs

Pada awalnya, Maslow (1954) menguraikan konsep lima kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi agar mencapai kepuasan dalam kehidupan. Penafsir teori Maslow kemudian menyajikan kebutuhan tersebut dalam bentuk piramida, menunjukkan bahwa kebutuhan yang lebih rendah lebih mendesak, sementara kebutuhan yang lebih tinggi lebih luas dan dapat dipengaruhi oleh kebutuhan yang lebih rendah. Kelima kebutuhan tersebut, sebagai warisan spesies manusia, mencakup fisiologis (makanan, tempat tinggal, kenyamanan, dan kesehatan), keamanan (perlindungan dari bahaya fisik dan sosial), rasa memiliki dan cinta (koneksi sosial dan kasih sayang), penghargaan (kompetensi, pencapaian, dan penghargaan dari orang lain), dan aktualisasi diri (pengembangan potensi unik). Maslow juga mengemukakan bahwa pemenuhan kebutuhan ini memerlukan prasyarat tertentu, seperti kebebasan dan prinsip-prinsip etika. Selain itu, Maslow

menambahkan dimensi lain dalam hierarki kebutuhan, seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, serta kebutuhan estetika untuk individu kreatif. Pada tahun 1971, Maslow memperkenalkan kebutuhan akan harga diri dalam hirarki kebutuhannya dan menambahkan transendensi diri sebagai kebutuhan keenam di atas aktualisasi diri.

Tak kalah penting, artikel ini juga menelaah kontribusi komunitas Perlima terhadap kesejahteraan psikologis para perempuan dewasa madya. Teori kebutuhan Maslow tentang hierarki kebutuhan manusia akan menjadi pisau bedah untuk memahami bagaimana aktivitas literasi dalam komunitas ini memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan sosial anggotanya. Rasa kompetensi yang tumbuh melalui apresiasi terhadap karya dan dukungan dari sesama penulis, serta jalinan relasi sosial yang terbangun dalam kegiatan-kegiatan komunitas Perlima, diperkirakan dapat berkontribusi pada peningkatan harga diri dan kebahagiaan anggotanya.

Dengan demikian, artikel ini bukan sekadar mengisahkan denyut kreatif dan harmoni psikologis dalam komunitas Perlima, melainkan menggali korelasi keduanya melalui perspektif psikologi pendidikan. Melalui analisis landasan filosofis Freire, teori kreativitas Simonton, dan teori kebutuhan Maslow, artikel ini berupaya menyibak tabir kontribusi nyata komunitas Perlima dalam memberdayakan perempuan dewasa madya, bukan hanya sebagai penulis yang produktif, tetapi juga sebagai individu yang kreatif dan sejahtera secara psikologis.

Pembahasan

Landasan Filosofis Freire dalam Komunitas Perlima

Landasan filosofis Paulo Freire tentang pendidikan yang membebaskan menjadi landasan yang kuat bagi komunitas Perlima dalam memberdayakan perempuan dewasa madya. Freire memandang literasi sebagai alat pembebasan yang dapat digunakan untuk melawan ketertindasan dan ketidakberdayaan. Dalam konteks komunitas Perlima, literasi digunakan untuk membebaskan perempuan

dewasa madya dari belenggu-belenggu internal dan eksternal yang menghambat potensi mereka.

Belenggu internal yang dialami perempuan dewasa madya dapat berupa keraguan diri, kurang percaya diri, dan rasa takut untuk mengekspresikan diri. Kegiatan-kegiatan literasi dalam komunitas Perlima, seperti kelas menulis dan program mentoring, dapat membantu perempuan dewasa madya untuk mengatasi belenggu-belenggu internal tersebut. Kelas menulis dapat membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan menulis dan mengembangkan ide-ide kreatif. Program mentoring dapat membantu mereka untuk mendapatkan dukungan dan bimbingan dari sesama penulis yang lebih berpengalaman.

Belenggu eksternal yang dialami perempuan dewasa madya dapat berupa stereotip dan marginalisasi. Stereotip bahwa perempuan dewasa madya sudah melewati masa puncak produktivitasnya dapat membuat mereka merasa minder dan tidak percaya diri. Marginalisasi dalam dunia kerja dan masyarakat juga dapat menghambat potensi mereka untuk berkembang. Kegiatan-kegiatan literasi dalam komunitas Perlima dapat membantu perempuan dewasa madya untuk melawan stereotipe dan marginalisasi tersebut. Partisipasi mereka dalam kegiatan-kegiatan literasi dapat menunjukkan kepada dunia bahwa mereka adalah individu yang kreatif dan berdaya.

Korrelasi antara Aktivitas Literasi dan Pengembangan Kreativitas

Teori kreativitas oleh Simonton dapat digunakan untuk memahami korelasi antara aktivitas literasi dalam komunitas Perlima dengan pengembangan kreativitas anggotanya. Teori ini menekankan pada pentingnya domain dan lingkungan dalam memicu kreativitas. Domain berupa pengetahuan dan keterampilan menulis yang diasah dalam komunitas ini, serta lingkungan yang supportif dan kolaboratif, berpotensi menjadi katalis bagi lahirnya ide-ide kreatif dan karya-karya orisinal.

Kegiatan-kegiatan literasi dalam komunitas Perlima, seperti kelas menulis, diskusi buku, dan lomba menulis, dapat membantu anggotanya untuk

mengembangkan domain dan lingkungan yang mendukung kreativitas. Kelas menulis dapat membantu anggotanya untuk meningkatkan keterampilan menulis, yang merupakan salah satu domain penting dalam kreativitas. Diskusi buku dapat membantu anggotanya untuk menyerap pengetahuan dan ide-ide baru dari karya-karya penulis lain, yang dapat memicu kreativitas mereka. Lomba menulis dapat memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menguji ide-ide kreatif mereka dan mendapatkan umpan balik dari sesama penulis dan juri.

Kontribusi Komunitas Perlima terhadap Kesejahteraan Psikologis

Teori kebutuhan Maslow dapat digunakan untuk memahami kontribusi komunitas Perlima terhadap kesejahteraan psikologis para perempuan dewasa madya. Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki enam hierarki kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri, dan transendensi diri.

Kegiatan-kegiatan literasi dalam komunitas Perlima dapat memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dan kebutuhan sosial anggotanya. Kebutuhan aktualisasi diri dapat terpenuhi melalui kesempatan bagi anggotanya untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan potensinya sebagai penulis. Kebutuhan sosial dapat terpenuhi melalui jalinan relasi sosial yang terbangun dalam kegiatan-kegiatan komunitas Perlima. Apresiasi terhadap karya dan dukungan dari sesama penulis, serta kebersamaan dalam kegiatan-kegiatan literasi, dapat meningkatkan rasa kompetensi dan harga diri anggotanya.

Penutup

Komunitas Menulis Perempuan Penulis Padma (Perlima) bak oasis di lanskap pemberdayaan perempuan dewasa madya Indonesia. Lebih dari sekadar perkumpulan penulis, komunitas Perlima menjadi entitas yang secara implisit berkontribusi signifikan terhadap penguatan kreativitas dan kesejahteraan psikologis anggotanya. Hal ini terwujud melalui interaksi antara aktivitas literasi

yang kaya dengan landasan filosofis pembebasan Freire, teori kreativitas Simonton, dan teori kebutuhan Maslow.

Melalui lensa psikologi pendidikan, komunitas Perlima membebaskan anggotanya dari belenggu internal dan eksternal yang menghambat potensi. Kelas menulis, diskusi buku, dan program mentoring menjadi senjata untuk melawan keraguan diri, stereotip, dan marginalisasi. Domain pengetahuan dan lingkungan kolaboratif yang diasah dalam komunitas ini memicu kelahiran karya-karya orisinal dan ide-ide kreatif, sebagaimana ditegaskan teori Simonton. Kebutuhan aktualisasi diri dan sosial yang dipuaskan melalui aktivitas literasi komunitas Perlima, selaras dengan teori Maslow, berkontribusi pada peningkatan harga diri dan kebahagiaan anggotanya.

Kisah komunitas Perlima bukan sekadar narasi tinta di atas kertas, tetapi narasi pemberdayaan perempuan dewasa madya. Narasi tentang bagaimana pena menjadi senjata untuk bersuara, komunitas menjadi pelukan dukungan, dan literasi menjadi kunci bagi kreativitas dan kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, komunitas Perlima menjadi model inspiratif bagi komunitas serupa di Indonesia, bahkan dunia, untuk terus menggaungkan simfoni pemberdayaan perempuan dewasa madya melalui denyut kreatif dan harmoni psikologis yang diciptakannya.

Keberhasilan komunitas Perlima tidak luput dari keterbatasan. Perluasan jangkauan geografis dan diversifikasi kegiatan dapat menjadi langkah strategis ke depan. Kolaborasi dengan institusi pendidikan dan lembaga pemerintah dapat memperkuat dampak pemberdayaan komunitas Perlima. Penting pula dilakukan penelitian lanjutan, baik kualitatif maupun kuantitatif, untuk mengukur secara empiris kontribusi komunitas Perlima terhadap kreativitas dan kesejahteraan psikologis anggotanya.

Komunitas Menulis Perempuan Penulis Padma (Perlima) adalah kisah yang terus ditulis. Kisah tentang perempuan dewasa madya yang berdaya dan bahagia, kisah yang tak hanya diukir dengan tinta, tetapi juga dengan denyut kehidupan yang pantas digaungkan dan diteladani.

Catatan:

Artikel ini dikembangkan berdasarkan konsep non-riset, sehingga belum didukung oleh data empiris. Namun, landasan filosofis Freire, teori kreativitas Simonton, dan teori kebutuhan Maslow digunakan sebagai acuan untuk menganalisis peran komunitas Perlima.

REFERENSI

Adult Learning Unleashed. ALU Consulting. Paulo Freire. https://www.alu-c.com/paulo-freire.

Anwar, S. (2023). Luncurkan Buku Antologi, Perlima Coba Maknai ‘Rupa Cinta’ Lewat Puisi. beritajatim.com. https://beritajatim.com/pendidikan-kesehatan/luncurkan-buku-antologi-perlima-coba-maknai-rupa-cinta-lewat-puisi (diakses pada 1 Januari 2024).

Azizah, W. (2023). Bagikan Cara Menulis Fiksi dalam Kembara Sastra dalam Dunia Rempah Nusantara oleh Perlima, Ini Arahan Kurnia Effendi!. Harian Disway. https://harian.disway.id/read/745790/bagikan-cara-menulis-fiksi-dalam-kembara-sastra-dalam-dunia-rempah-nusantara-oleh-perlima-ini-arahan-kurnia-effendi. (diakses pada 1 Januari 2024).

Compton, W.C., Hoffman, E. (2020). Positive Psychology. (3rd edition). SAGE Publications, Inc.

Freire, P. (2005). Pedagogy of the oppressed. Continuum.

Fuller, D. CRITICAL FRIENDSHIPS: READING WOMEN’S WRITING COMMUNITIES IN NEWFOUNDLAND. Women’s Studies International Forum, 25 (2), 247 – 260.

Gabora, L. (2019). Creativity. https://www.researchgate.net/publication/3377035 43

Internet      Encyclopedia       of       Philosophy.       Paulo       Freire       (1921—1997).

https://iep.utm.edu/freire/.

Irmawati, Mathar, T. (2022). WOMEN EMPOWERMENT THROUGH THE DIGITAL LITERACY: A LITERATURE STUDY. Proceedings of The 2nd International Conference on Social and Islamic Studies. ISSN: 2809-6339. Vol. 2.

Ismail, M. (2022). Perempuan Penulis Padma Rayakan Kemerdekaan dengan Sastra. https://beritajatim.com/ragam/perempuan-penulis-padma-rayakan-kemerdekaan-dengan-sastra.

Kim, S.J., Hur, M.H. (2019). Understanding of Factors Influencing Happiness of Middle-Aged Women in Korea Based on Maslow’s Hierarchy of Needs. DOI:10.30773/pi.2019.04.25.2

Lian, L.H., Awawdeh, M. (2020). The Relationship between Creativity Domains and Academic Environment. International Journal of Innovation, Creativity and Change, 13 (7).

MacDonald, M. Do Women Writers Face an Uphill Battle? How Women’s Writing

Communities Can Help. https://maryleemacdonaldauthor.com/women-writers-communities.

Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation. Psychological Review, 50(4), 370-396.

McLeod, S. (2018). Maslow’s Hierarchy of Needs. https://canadacollege.edu ›

dreamers › docs.

Miyajiwala,   B.   (2023).        Healing   Words:   Empowering   Survivors    through

Storytelling.     Quetzal.              https://quetzal.org.uk/healing-words-finding-

empowerment-for-female-survivors-of-csa-through-creative-writing/

Mustain. (2022). Lahirkan Karya Buku Kedua, Perempuan Penulis Padma Gelar

Malam                 Sastra                 di                 Sidoarjo.                 bangsaonline.com.

https://www.bangsaonline.com/berita/107798/lahirkan-karya-buku-kedua-perempuan-penulis-padma-gelar-malam-sastra-di-sidoarjo (diakses pada 1 Januari 2024).

National Council for Curriculum and Assessment https://ncca.ie› media › paulo-

freire-v2.

Ngopibareng. 2021. Padmedia Publisher vs Perlima: Sebuah Kolaborasi Literasi. https://www.ngopibareng.id/read/padmedia-publisher-vs-perlima (diakses pada 1 Januari 2024).

Ngopibareng. 2021. PERLIMA Pelatihan Menulis Bersama Sastrawan Afrizal Malna 26 Juni. https://www.ngopibareng.id/read/perlima-pelatihan-menulis-bersama-sastrawan-afrizal-malna-26-juni (diakses pada 1 Januari 2024).

Perempuan Penulis Padma. http://www.perempuanpenulispadma.com. (diakses pada 1 Januari 2024).

Pursuit of Happiness. Abraham Maslow. https://www.pursuit-of-happiness.org/history-of-happiness/abraham-maslow/

Roberts,          P.          (2017).           Paulo           Freire.                      Oxford          Research.

https://oxfordre.com/education/display/10.1093/acrefore/9780190264093.

001.0001/acrefore-9780190264093-e-10.

Ryff, C.D. (2013). Psychological Well-Being Revisited: Advances in the Science

and Practice of Eudaimonia. https://karger.com/pps/article/83/1/10/282771/Psychological-Well-Being-Revisited-Advances-in-the

Simonton, D. K. Creativity. University of California, Davis. https://nobaproject.com/modules/creativity

Simonton, D. K. (1988). Age and outstanding achievement: What do we know after a century of research? Psychological Bulletin, 104(2), 251–267. https://doi.org/10.1037/0033-2909.104.2.251

Simonton, D. K. (1999). Creativity from a historiometric perspective. Handbook of creativity, 116-133.

Simonton, D. K. (1999). Creativity in science. Cambridge University Press.

Simonton, D. K. (2009). Varieties of (scientific) creativity: a hierarchical model of domain specific disposition, development, and achievement. Perspect. Psychol. Sci. 4, 441–452. doi: 10.1111/j.1745-6924.2009.01152.x

Simonton, D. K. (2013). Creative thought as blind variation and selective retention: Why sightedness is inversely related to creativity. Journal of Theoretical and Philosophical Psychology, 33, 253-266.

Spener, D. The Freirean Approach to Adult Literacy Education. https://students.aiu.edu/submissions/profiles/resources/onlineAssignment/k 6B7t8_SHS011e.pdf

Sulandjari, R., Juliani, R.D., Zulaidah, A., Darayani, F. (2023). Hubungan Literasi Digital Perempuan Dalam Media Online Untuk Antisipasi Fenomena Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Kdrt). Majalah Ilmiah FISIP UNTAG Semarang, 20 (1).

Sungkowati, Y. (2013). PEREMPUAN-PEREMPUAN

JAWA   TIMUR (KAJIAN        FEMINIS). Balai

Jawa        Timur

PENGARANG Bahasa Provinsi

Swick, M.A. Paulo Freire. https://mollyswick.jimdofree.com/paulo-freire/

UNESCO. (2012). FROM ACCESS TO EQUALITY. Empowering Girls and

Women through Literacy and Secondary Education. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000218450

Valoura, L. (2017). Paulo Freire, the Brazilian Educator, Author of the Term

“Empowerment”                 in                 Its                 Transformative                 Sense.

https://www.researchgate.net/publication/343862314.

Verywell Mind. Biography of Abraham Maslow (1908-1970). https://www.verywellmind.com/biography-of-abraham-maslow-1908-1970-2795524

Yamin. T.S. (2021). International Journal for Talent Development and Creativity Dean Keith Simonton. 9 (1-2), URI: https://id.erudit.org/iderudit/1091478ar DOI: https://doi.org/10.7202/1091478a

Yuana, L. (2023). Kopi Tanpa Gula, Perempuan Penulis Padma Berhasil Hidupkan

Tiga Paragraf. Times Indonesia. https://timesindonesia.co.id/peristiwa-daerah/456296/kopi-tanpa-gula-perempuan-penulis-padma-berhasil-hidupkan-tiga-paragraf (diakses pada 1 Januari 2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *