Talkshow “Membersamai Ananda Menuju Indonesia Emas 2045”: Berkolaborasi Menyongsong Indonesia yang Lebih Baik

Talkshow “Membersamai Ananda Menuju Indonesia Emas 2045”: Berkolaborasi Menyongsong Indonesia yang Lebih Baik

Oleh:
Febriyanti Dwi Safitri
Rismaya Nurmalasari

[RABU, 28 Februari 2024] Perbincangan mengenai permasalahan-permasalahan tentang parenting dan pendidikan anak zaman now seolah tak ada habisnya. Berbagai bahasan di media sosial hingga diskusi dilakukan untuk mengupas dan mencari cara yang efektif agar orang tua maupun guru dapat lebih memahami generasi saat ini. Sebab merekalah yang kelak menjadi pemimpin bangsa Indonesia 20 tahun mendatang, ditambah dengan isu bonus demografi menjadikan orang tua dan pendidik merasa perlu untuk menyiapkan generasi saat ini dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Program studi Psikologi Pendidikan Sekolah Pascasarjana UPI berkolaborasi dengan Satuguru mengadakan talkshow bertajuk “Membersamai Ananda Menuju Indonesia Emas 2045” dalam rangka menyambut kunjungan para ibu yang menjadi orang tua murid SMP Labschool Cibubur yang juga tergabung dalam komunitas PeDaTImas (Pentas Anak Muda Untuk Indonesia Emas).

Acara yang diselenggarakan secara hybrid di Ruang Auditorium lantai 5 Gedung Sekolah Pascasarjana UPI dan ruang meeting Zoom ini menghadirkan Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog, Prof. Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Asrijani Asrin, S.H. sebagai narasumber. Perbincangan mengenai parenting yang dipandu oleh Dr. Cepi Riyana, M.Pd. sebagai moderator dengan begitu apik dan menarik ini telah mengundang antusiasme tak hanya mahasiswa pascasarjana, tetapi juga para mahasiswa PPG, guru, dosen serta masyarakat umum yang hadir secara luring dan daring. Tak hanya itu, dalam agenda talkshow ini pun turut mengundang Ir. Isnawan Aslam selaku Ketua Satuguru, Agus Sugianto selaku Bendahara Satuguru, Endang Iriani dan Iwan Rusmana dari Pengembangan Ekonomi Perempuan Indonesia (PEPI).

Asrijani Asrin, S.H. selaku Ketua PeDaTImas menyampaikan bahwa kunjungan ini berawal dari keresahan orang tua di mana anak-anaknya terlalu dijejali oleh akademik, tetapi minim mendapatkan penguatan karakter. Selain itu, perempuan yang akrab disapa Ria ini menyampaikan kekhawatirannya bahwa anak-anak yang tumbuh di era digital menjadi cenderung menjadi mager dan tampak rentan terhadap tantangan serta seperti kehilangan arah dalam mengasah potensi yang dimilikinya. Sehingga PeDaTImas hadir menjadi wadah bagi para anak-anak yang beralih ke masa remaja untuk menyalurkan setiap hobi, bakat, dan potensi mereka dengan tepat dan positif. Ria juga menekankan pentingnya peran sekolah dan orang tua dalam membantu anak-anak dalam menemukan arah hidup mereka. Namun, sayangnya terkadang sekolah bisa mengurangi kepercayaan diri anak-anak yang memiliki potensi kreatif seperti ini.

Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Direktur Sekolah Pascasarjana UPI, memaparkan sebuah konsep yang disingkat CREDAR (Cerdas Spiritual, Emosional, Sosial, dan Personal) yang menjadi landasan dalam proses pendidikan. Menurut Prof. Juntika, adalah tanggung jawab kita bersama dalam membimbing dan melatih anak-anak agar cerdas secara menyeluruh, sambil mengutamakan pendekatan yang menghargai dimensi spiritual. Kecerdasan majemuk juga menjadi kunci untuk mempererat ikatan dengan Tuhan. Seorang guru haruslah memiliki pemahaman mendalam terhadap siswa, baik dari segi emosional maupun psikologisnya. Sehingga kegalauan dapat diubah menjadi pemahaman dengan bimbingan yang tepat dari guru yang memahami kebutuhan siswa secara holistik.

Prof. Dr. Mubiar Agustin, M.Pd. selaku dosen program studi Psikologi Pendidikan SPs pun memperkuat dengan paparannya bahwa tidak hanya guru yang bertanggung jawab akan anak didiknya, tetapi juga orang tua memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak. Sebab orang tua akan dimintai pertanggungjawaban juga oleh Allah mengenai urusan akhirat anak-anak mereka. Sehingga dalam hal ini keteladanan menjadi hal yang sangat penting dalam mendidik anak. Sebagaimana dijelaskan dalam teori kepribadian Erich Fromm, bangsa akan memiliki identitas diri jika terdapat keteladanan dari semua lapisan masyarakat, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya. Selain itu, diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, kemampuan komunikasi, dan kolaborasi. Untuk itu, muncul konsep DEMUBI (Dengar, Ekspresi, Muka Ceria, Ucapan Positif, Bertanya Jawab, Inisiatif) yang menjadi panduan dalam mendidik anak-anak agar menjadi generasi yang unggul dan bermanfaat bagi masyarakat.

Senada dengan pemaparan tersebut, Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog selaku Ketua Program Studi Psikologi Pendidikan SPs menyatakan betapa pentingnya di zaman ini orang tua menjadi role model yang baik bagi anaknya. Agar tidak tergerus zaman, orang tua haruslah menjadi pembelajar sepanjang hayat. Sebab parenting tidak hanya tentang pengasuhan, tetapi juga melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap perkembangan usia anak. Ini mencakup perawatan, bimbingan, coaching, dan fasilitasi, terutama ketika anak memasuki masa remaja di mana mereka lebih memerlukan bimbingan daripada pengasuhan langsung. Dalam era Generasi Z, ada berbagai tipe anak seperti Snowflake dan Strawberry yang memerlukan pemahaman tentang geografi, demografi, dan perkembangan individu mereka. Namun, generasi ini juga memiliki keunggulan yaitu toleransi yang tinggi. Model yang ditampilkan oleh orang tua seringkali sulit untuk ditiru, sementara pemujaan terhadap selebriti semakin umum. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus menjadi contoh yang baik dan terus belajar sepanjang hayat.

Diskusi menarik selama lebih kurang 45 menit ini ditutup dengan pemaparan dari Dr. Cepi Riyana, M.Pd. selaku Direktur Direktorat STI UPI sekaligus Ketua Dewan Pengawas Satuguru yang menyampaikan mengenai APOSIS atau Assessmen Potensi Siswa untuk menjawab keresahan baik orang tua maupun guru dalam mengarahkan potensi anak. Karena salah satu modalitas yang penting bagi orang tua adalah kemampuan untuk menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Data menunjukkan bahwa banyak kasus ketidaktahuan arah yang dihadapi oleh anak, seperti 87% mahasiswa yang salah memilih jurusan dan 92% siswa SMK yang merasa bingung dengan masa depan mereka. Bahkan, sekitar 1,5 juta sarjana menganggur karena ketidaksesuaian antara jurusan dan lapangan kerja. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua sering kali tidak cermat dalam menangkap potensi yang dimiliki oleh anak-anak mereka. Mengutip tokoh-tokoh seperti Albert Einstein, Ki Hajar Dewantara, dan model pendidikan di Finlandia, kita dapat melihat pentingnya mengidentifikasi dan mengembangkan potensi anak sejak dini. Dengan demikian, orang tua dapat memainkan peran yang lebih efektif dalam membimbing anak-anak mereka menuju masa depan yang lebih cerah dan berarti. Dan APOSIS menawarkan solusi untuk membantu mengarahkan anak menjemput impiannya dengan lebih menggali potensi serta minat bakatnya.

Kegiatan talkshow yang disponsori oleh APOSIS ini mendapat tanggapan dari para peserta, salah satunya drg. Teguh Astikani spesialis konservasi gigi yang juga merupakan salah satu orang tua siswa SMP Labschool Cibubur. Menurutnya, kegiatan ini mencerahkan bagi drg. Teguh yang juga menjalani kehidupannya sebagi seorang ibu. Drg. Teguh berharap kegiatan ini berkelanjutan agar dapat menambah wawasan para ibu dalam menghadapi kondisi saat ini yang berbeda dengan generasi sebelumnya, sehingga dapat menjadi panduan bagi para ibu untuk membimbing dan mengarahkan anak ke dunia yang luas dengan teknologi yang begitu pesatnya.

“Secara keseluruhan acara ini sudah lebih dari bagus, mulai dari panitia, narasumber, tamu, dan juga peserta kegiatan sangat antuasias sehingga melebihi waktu yang sudah ditetapkan. Sebagai perempuan yang belum menikah dan memiliki anak, ini sangat membuka dan menambah wawasan baru bagaimana cara untuk menyiapkan masa depan untuk anak di kemudian hari,” ungkap Pupe Putriza salah satu peserta dari mahasiswa pascasarjana dari prodi Psikologi Pendidikan yang hadir secara luring di auditorium.

Tanggapan positif pun disampaikan juga oleh Fitri Meliani, seorang mahasiswa S3 UIN Sunan Gunung Jati yang merupakan dosen PGPAUD di IAI Bunga Bangsa Cirebon. “Alhamdulillah… dapat banyak ilmu dari para pakar dan ilmuwan pendidikan. Keren pokoknya, semoga sering diadakan talkshow seperti ini,” tulis Fitri yang menonton secara live streaming melalui kanal YouTube Psikologi Pendidikan.[]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *