Kuliah Umum bertema “Inklusi Pendidikan dan Ketahanan Bangsa bersama Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd.”

Pada kesempatan kali ini Prodi Psikologi Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia menggelar kuliah umum bersama dosen tamu Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata yang merupakan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia sekaligus Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Uzbekistan merangkap Republik Kyrgyztan. Kuliah umum ini dilaksanakan secara luring dan daring pada Senin (17/07/2023), dimoderatori oleh Hani Yulindrasari, S.Psi., M. Gendst., Ph.D selaku dosen Universitas Pendidikan Indonesia. Tema yang diangkat pada kegiatan ini yaitu “Inklusi Pendidikan dan Ketahanan Bangsa”. Kuliah umum tersebut dihadiri oleh 86 peserta yang hadir secara luring, serta 127 peserta yang hadir secara daring.

            Kuliah umum  dibuka oleh Direktur Pascasarjana Prof. Dr. H Syihabuddin., M.Pd. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa terdapat banyak masalah yang ada dihadapan kita saat dan membutuhkan berbagai interdisiplin ilmu untuk memecahkan masalah tersebut. Di mana, solusi untuk semua masalah itu sudah diajarkan oleh Tuhan kepada kita melalui inklusi Pendidikan ini. “Pertumbuhan ilmu pengetahuan saat ini terdapat gap yang luar biasa terutama pertumbuhan ilmu-ilmu sosial dan teknologi. Ilmu sosial sedikit terpuruk, kalah jauh dengan teknologi dan ilmu formal. Kita perlu melakukan berbagai upaya untuk mendekatkannya, salah satunya dengan pendekatan interdisiplin. Dan pendekatan interdisiplin ini mengarah kepada pendidikan yang inklusi yaitu pendidikan untuk semua orang sebagaimana yang telah diajarkan oleh Tuhan kepada kita sejak dahulu,” ujarnya. 

            Selain itu, sambutan juga disampaikan oleh Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog, selaku ketua Prodi Psikologi Pendidikan. Beliau menyampaikan bahwa kuliah umum tersebut dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa pendidikan perlu mengakomodasi dan memfasilitasi peserta didik dengan latar belakang budaya, dan juga status ekonomi yang beragam. Sayangnya masih ditemukan praktik pendidikan yang bersifat universal dan menyeragamkan model dan strategi pembelajaran di kelas bahkan evaluasi pembelajaran untuk seluruh peserta didik tanpa menghiraukan keragaman dari peserta didik maupun pendidiknya. Salah satu kunci kemajuan bangsa Indonesia adalah mutu pendidikan yang merata diseluruh tanah air. Tanpa pendidikan yang merata dan bermutu, Indonesia tidak akan memiliki sumber daya manusia unggul yang akan menjadi manusia-manusia akomotif dan kompetitif di tengah persaingan era globalisasi dan era revolusi 4.0 ini. Pelaku dan praktisi pendidikan perlu memperhatikan bagaimana psikologi pendidikan dapat diterapkan untuk mengefektifkan inklusi dalam pendidikan.

            Mengawali pemaparannya, Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata mengingatkan kembali awal berdirinya Psikologi Pendidikan pada tahun 2013. Di antara tiga sektor pendidikan, Pedagogik, Psikologi Pendidikan dan Pendidikan Guru, Psikologi Pendidikan mendapatkan jumlah peminat paling tinggi dibandingkan dua program lainnnya. Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata berharap bahwa alumni Program Studi Psikologi Pendidikan ini tidak hanya mengimplementasikan ilmunya untuk membantu guru, namun juga dapat diimplementasikan dalam aspek yang lebih luas dalam dunia pendidikan. 

            Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata menambahkan, bahwa inklusi pendidikan telah berkembang menjadi gerakan internasional. Inklusi pendidikan harus tertanam sebagai pola pikir mendasar dalam bidang pendidikan.  Inklusi pendidikan merupakan sebuah upaya komprehensif untuk menjadikan Pendidikan sebagai akomodasi seluruh manusia dengan mengabaikan latar belakang, kecakapan dan tingkat intelektualitas. Dalam pengertian lain, inklusi sebagai culture artinya pendidikan bertanggung jawab untuk menciptakan budaya pendidikan inklusif. Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata mengutip ungkapan Einstein yang mengatakan “Saya berpikir berbulan-bulan dan bertahun-tahun, 99 kali saya berpikir konklusinya salah tetapi ketika saya berpikir untuk yang ke-100 kali maka konklusinya benar. Kutipan tersebut menyoroti betapa pentingnya ketekunan dan pemeriksaan menyeluruh ketika berjuang untuk inklusivitas dan mencapai solusi yang tepat dan adil dalam pendidikan maupun hal-hal lainnya. Ungkapan tersebut mengajarkan kita, betapa dalam hidup ini penuh dengan ketidakpastian, dan kita harus belajar menghadapinya. Hidup tidak selalu dapat diprediksi, dan inilah alasan mengapa inklusi pendidikan menjadi suatu kebutuhan. Dalam menghadapi ketidakpastian ini, inklusi Pendidikan memainkan peran penting dalam memastikan bahwa setiap individu, memiliki akses dan kesempatan yang sama untuk menerima pendidikan berkualitas. Dalam Pendidikan inklusi, setiap orang diberdayakan dan dihargai sebagai bagian integral dari masyarakat yang beragam dan dinamis.

            Pendidikan dan guru memiliki peran penting dalam memelihara serta menjaga nilai-nilai dan fondasi moral yang berkontribusi pada ketahanan suatu bangsa. Dengan menanamkan nilai-nilai, mendorong koeksistensi damai, menanamkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah, memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi, membentuk kewarganegaraan yang bertanggung jawab, menumbuhkan ketahanan, serta membina kepemimpinan, pendidikan membantu individu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengatasi tantangan serta berkontribusi pada pemulihan dan kemajuan bangsa. Guru memainkan peran krusial dalam membentuk pemimpin masa depan yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika dan memprioritaskan kesejahteraan bangsa serta kebaikan bersama. Dengan menumbuhkan budaya saling menghormati, inklusivitas, dan pemikiran kritis, pendidikan berperan penting dalam membangun bangsa yang tangguh. Bangsa yang mampu mengatasi tantangan serta merangkul kemajuan sosial, ilmiah, dan teknologi guna mencapai kemajuan yang berkelanjutan.

            Waktu terasa begitu singkat, Kuliah Umum dengan tema “Inklusi Pendidikan dan Ketahanan Bangsa” Bersama Prof. Sunaryo Kartadinata berhasil mencipatakan momen dan antusiasme yang luar biasa bagi peserta. Hal tersebut ditandai oleh para peserta baik secara daring maupun luring melayangkan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber, bahkan beberapa peserta juga memberikan tanggapan dan kesan mereka melalui kolom chat Zoom selama kegiatan berlangsung.

            “Hatur nuhun prof, semoga kedepannya banyak hadir pribadi-pribadi jujur meski AI bersiliweran di semesta raya ciptaan Tuhan ini. Setuju bahwa berpikir kreatif tidak akan semata-mata bisa dikerjakan oleh AI,” ujar Adhieta Didiet.

            “Kuliah umum yang sangat bagus dan menambah ilmu pengetahuan, semoga selalu ada kegiatan kuliah umum ini dengan berbagai topik bermanfaat lainnya. Terimakasih,” ujar Tika Elviana. 

            “Kuliah umum dengan tema yang dibawakan sangat bermanfaat terutama bagi kami sebagai calon pendidik agar dapat mendidik dengan sistem inklusi yang baik dan benar,” ujar Illa Syifanii Nur Fadhiilah.

Lidiya Novita (2022)

Milan Daryanani (2022)