Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Konteks Kelas: Tantangan, Strategi, dan Implikasi bagi Guru

Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Konteks Kelas: Tantangan, Strategi, dan Implikasi bagi Guru

Iis Nurhayati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendalami dan menganalisis penerapan pembelajaran diferensiasi melalui metode kajian literatur. Fokus utama penelitian ini adalah menggali pemahaman mendalam mengenai konsep pembelajaran diferensiasi dalam konteks pendidikan, dengan penekanan pada metode kajian literatur sebagai pendekatan penelitian.

Melalui analisis literatur, penelitian ini mengidentifikasi pendekatan-pendekatan utama dalam penerapan pembelajaran diferensiasi, termasuk strategi diferensiasi konten, proses, dan produk. Studi literatur juga memberikan gambaran tentang hasil penelitian sebelumnya terkait efektivitas pembelajaran diferensiasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam mengeksplorasi penerapan pembelajaran diferensiasi, penelitian ini menyoroti peran kunci seperti kesiapan guru, minat siswa, profil belajar siswa, serta tantangan dan keterbatasan yang mungkin muncul dalam implementasi. Metode kajian literatur dipilih untuk menyajikan sintesis pengetahuan yang sudah ada dan memberikan pandangan komprehensif terkait isu-isu tersebut.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan tambahan bagi pendidik, peneliti, dan praktisi pendidikan dalam mengembangkan dan meningkatkan efektivitas penerapan pembelajaran diferensiasi di berbagai konteks pendidikan.

Kata Kunci : Pembelajaran Berdiferensiasi, Tantangan dan Strategi Guru

Pendahuluan

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan belajar individual siswa, yang melibatkan guru dalam merancang pengalaman belajar yang sesuai dengan perbedaan karakteristik, minat, dan kemampuan siswa. Meskipun pendekatan ini diakui sebagai metode yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tantangan besar muncul terkait dengan kesiapan dan kemampuan guru dalam menerapkannya di dalam kelas.

2

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, dapat diamati bahwa kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi melibatkan aspek konten, proses, dan produk pembelajaran. Faktor-faktor tersebut mencakup pemahaman konten yang mendalam, kemampuan menyusun strategi pembelajaran yang beragam, dan evaluasi hasil belajar siswa secara individual. Sebagai konsekuensi dari tuntutan ini, beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebagian guru enggan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi karena merasa kurangnya kompetensi, keterbatasan waktu, dan kesulitan dalam merencanakan pelajaran kolaboratif.

Dalam konteks penelitian ini, kajian literatur akan membahas berbagai aspek kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dengan fokus pada konten, proses, dan produk pembelajaran. Selain itu, penelitian sebelumnya juga memberikan gambaran bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat memberikan dampak positif, seperti peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika, peningkatan minat belajar, pertumbuhan intelektual yang tinggi, dan kepuasan siswa terhadap penerapan metode ini. Melalui pemahaman mendalam terhadap aspek-aspek kesiapan guru dan dampak positif pembelajaran berdiferensiasi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan praktik pendidikan yang lebih adaptif dan inklusif.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi aspek-aspek kesiapan guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dengan fokus pada konten, proses, dan produk pembelajaran. Penelitian ini juga bertujuan untuk memahami dampak positif pembelajaran berdiferensiasi, seperti peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika, peningkatan minat belajar, pertumbuhan intelektual yang tinggi, dan kepuasan siswa terhadap penerapan metode ini.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah untuk penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana kesiapan guru dalam aspek pemahaman konten yang mendalam terkait dengan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas?
  • Apa saja strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dapat digunakan guru untuk memenuhi kebutuhan belajar individual siswa
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengevaluasi hasil belajar siswa secara individual, khususnya dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi?
  • Apa saja faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi guru dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, seperti kurangnya kompetensi, keterbatasan waktu, dan kesulitan dalam merencanakan pelajaran kolaboratif?

3

  • Apa dampak positif pembelajaran berdiferensiasi yang dapat diamati, seperti peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika, peningkatan minat belajar, pertumbuhan intelektual siswa, dan kepuasan siswa terhadap penerapan metode ini?

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi:

  1. Kontribusi terhadap Praktik Pendidikan
  • Pengembangan Kompetensi Guru
  • Pemahaman Lebih Baik tentang Hambatan dan Tantangan
  • Dukungan Pengambilan Keputusan di Tingkat Kebijakan Pendidikan
  • Kontribusi terhadap Literatur Pendidikan
  • Pemberdayaan Siswa

4

Kajian Pustaka

Tabel 1.

Matrik Pembelajaran Diferensiasi

NoSumberTujuan PenelitianMetodeKata KunciHasil PenelitianSaran
1Devi KurniaMendeskripsikanLibrary research atauProgresivisme,Berdasarkan literatur review untuk penerapanPembelajaran
 Fitra (2022).keterkaitan aliranstudi kepustakaan.pembelajaranpembelajaran berdiferensiasi pada mataberdiferensiasi ini dapat
 Pembelajaranprogresivisme berdiferensiasi, IPApelajaran IPA di sekolah menengah pertamaditerapkan dengan
 Berdiferensiasidengan  rujukan sangat terbatas dan Sebagian besarmengkombinmasikan
 dalampembelajaran  hanya terlihat dari aspek hasil belajar murid.dengan beberapa model
 Perspektifberdiferensiasi serta   pembelajaran
 progresivismepenerapan   kooperatif,
 pada Matapembelajaran   pembelajaran berbasis
 Pelajaran IPA.berdiferensiasi pada   masalah atau
 Jurnal Filsafatmata pelajaran IPA   pembelajaran berbasis
 Indonesia, Vo;di sekolah   proyek dengan tetap
 5 No 3 Tahunmenengah pertama   memperhatikan
 2022.berdasarkan   kebutuhan belajar
  referensi jurnal   murid
2Rosinta Siburian,Untuk mengetahuiYang digunakanPembelajaran diferensiasi,Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai 
 Sinta D.peningkatandalam penelitian inikemampuan pemecahanrata-rata kemampuan pemecahan masalah 
 Simanjuntak,kemampuanadalah quasimasalahmatematika siswa yang mengikuti 
 Frida,pemecahan masalaheksperimen dengan pembelajaran diferensiasi sebesar 71,02, 
 Simorangkir.matematika siswadesain Pretest- sedangkan nilai rata-rata kemampuan 
 (2019). Penerapanyang memperolehPosttest Control pemecahan masalah matematika siswa yang 
 PembelajaranpembelajaranGroup Design. mengikuti pembelajaran konvensional sebesar 
 Diferensiasidiferensiasi lebih  62,73. Selisih nilai rata-rata kemampuan 
 dalambaik daripada siswa  pemecahan masalah matematika siswa di 
 Meningkatkanyang memperoleh  kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 
 Kemampuanpembelajaran  8,29. Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai 
 Pemecahankonvensional.  thitung = 2,68 dan ttabel = 1,725 hal ini 
 Masalah   berarti bahwa thitung > ttabel yaitu 2,68 > 
 Matematika pada   1,725. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho 
 Pembelajaran   ditolak yang artinya peningkatan kemampuan 
 Daring. Jurnal   pemecahan masalah matematika siswa yang 
     mengikuti pembelajaran diferensiasi 

5

 Riset Pendidikan   (Differentiated Instruction) lebih baik  
 Matematika   daripada siswa yang mengikuti pembelajaran  
     konvensional.  
3Candra DitasonaMengkajiKuasi eksperimenPendekatan differentiated1.Peningkatan kemampuan pemecahan1.Mengkaji mengenai
 (2013). Penerapankemampuandengan desainInstruction, kemampuan masalah matematis siswa yang mengikuti pengaruh
 Pendekatanpemecahan masalahpenelitian kelompokpemecahan masalah, pembelajaran diferensiasi lebih baik pendekatan DI
 Differentiateddan penalarancontrol non-kemampuan penalaran daripada siswa yang mengikuti terhadap
 Instruction Dalammatematis antaraequivalentmatematis pembelajaran konvensional, kemampuan
 Peningkatansiswa yangmenggunakan teknik 2.peningkatan kemampuan pemecahan penalaran matematis
 KemampuanmemperolehPurposive Sampling.  masalah matematis siswa yang mengikuti pada aspek atau
 Pemecahanpendekatan   pembelajaran DI leboih baik daripada indicator yang lain.
 Masalah Dandifferentiated   siswa yang mengikuti pembelajaran2.Mengambil subjek
 Penalaraninstruction dan   konvensional ditinjau dari kemampuan penelitian yang
 Matematis Siswasiswa kelas   awal matematis siswa, mewakili seluruh
 SMA. Tesis.konvensional.  3.Peningkatan kemampuan penalaran kategori sekolah.
 Repository.upi.ed    matematis siswa yang mengikuti  
 u    pembelajaran DI lebih baik daripada  
      siswa yang mengikuti pembelajaran  
      konvensional  
     4.Peningkatan kemampuan penalaran  
      matematis siswa yang mengikuti  
      pembelajaran DI lebih baik daripada  
      siswa yang mengikuti pembelajaran  
      konvensional ditinjau dari kemampuan  
      awal matematis siswa  
     5.Tidak terdapat interaksi antara  
      pembelajaran (pendekatan DI dan  
      konvensional) dan pengetahuan awal  
      matematis (atas dan bawah) terhadap  
      peningkatan kemampuan pemecahan  
      masalah matematis  
     6.Terdapat interaksi antara pembelajaran  
      (pendekatan DI dan konvensional) dan  
      pengetahuan awal matematis (atas bawah)  

terhadap peningkatan kemampuan

penalaran matematis

6

4Stefanus JosephTujuan darimenggunakan metodeDifferentiated instruction,
 Marlene Thomas,penelitian ini adalahpenelitian campuranteacher education, tertiary
 Gerarduntuk menentukanyang melibatkaninstitution.
 Simonette1&hubungan antarapenggunaan 
 Leela Ramsook.ukuran prestasikuesioner, diskusi 
 (2013). Thesiswa dalamkelompok terfokus, 
 impact ofprogram studiwawancara guru dan 
 differentiatedkurikulum sarjanasiswa, observasi 
 instruction in atahun kedua dankelas, nilai semester 
 teacher educationpelaksanaansiswa, dan refleksi 
 setting : succesessinstruksi dibedakansiswa, untuk 
 and challenges.selama satu semestermengumpulkan data 
 Internationaltahun ajaran.yang relevan dari 
 Journal of Higher mahasiswa sarjana 
 Education vol 2. yang mengejar kursus 
 https://doi.org/10 jam tiga kredit 
 5430/ijhe.v2n3p2   
 8    
  • Terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa setelah pembelajaran DI
  1. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa pemodelan instruksi dibedakan pada tingkat tersier menghasilkan hasil yang lebih positif daripada hasil negatif.
  • Refleksi dari empat pengajar/fasilitator universitas memberikan kesaksian tentang keberhasilan yang dicapai dalam memanfaatkan strategi untuk konten, proses, dan diferensiasi produk.
  • Beberapa dari strategi ini termasuk memodifikasi atau mengadaptasi bagaimana siswa diberi akses ke materi pembelajaran.
  • Penggunaan pengelompokan fleksibel juga efektif ketika siswa diberi kesempatan, seperti disarankan Anderson (2007), untuk bekerja berpasangan, kelompok kecil, atau sendiri. Ketika siswa diberi pilihan tentang materi, kegiatan, dan penilaian, mereka merasakan pemberdayaan yang berfungsi untuk meningkatkan minat dalam kursus. Jensen (1998) setuju bahwa ketika pilihan diberikan,
  • Terlepas dari banyak keberhasilan yang terkait dengan instruksi yang dibedakan, para peneliti melaporkan beberapa tantangan dalam upaya membuat model diferensiasi di lembaga tingkat tersier.

7

  • Salah satu tantangan tersebut adalah banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk perencanaan, pengorganisasian, dan penjadwalan individu dan kelompok dalam ruang kelas yang besar
  • Para peneliti juga menemukan tantangan untuk memenuhi kebutuhan individu serta preferensi siswa untuk bekerja sendiri daripada dalam kelompok atau dengan seluruh kelas.
  • Persepsi siswa tentang pengajaran yang berbeda juga mendorong dengan 90% setuju bahwa pendekatan pengajaran yang berbeda merangsang minat mereka dalam kursus studi kurikulum.
  • Tanggapan dari survei menunjukkan bahwa mayoritas siswa (91%) melaporkan tingkat pertumbuhan intelektual yang lebih tinggi sebagai akibat dari paparan instruksi yang berbeda. Delapan puluh persen (80%) responden melaporkan kepuasan dengan penggunaan instruksi yang berbeda oleh instruktur mereka dalam kursus studi kurikulum.
  1. Diskusi kelompok fokus menguatkan temuan survei tentang instruksi yang berbeda dan potensi dampaknya terhadap praktik kelas siswa.
  1. Menggemakan sentimen seluruh kelompok, seorang siswa menyimpulkan bahwa instruksi yang berbeda seharusnya“filosofi penuntun dari setiap guru setelah lulus.”

8

5Wouter Smets &Tujuan dariStudi ini didasarkan
 Katrien Struyven.penelitian ini adalahpada program
 (2020). Auntukpengembangan
 Teachers’mendokumentasikanprofesional dengan
 professionalsejauh manaempat tim di tiga
 developmentpartisipasi guru yangsekolah menengah di
 programme todicapai dalamwilayah metropolitan
 implementmelakukannyadi Belgia (Flanders).
 differentiated Ini didasarkan pada
 instruction in tradisi penelitian
 secondary interpretivis (Lincoln
 education : How et al.,2011). Melalui
 far do teachers keterlibatan
 reach. Cogent partisipatif dalam
 Education. komunitas praktisi, ini
 Journal bertujuan untuk
 https://doi.org/10. memberikan wawasan
 1080/2331186X.2 tentang dinamika
 020.1742273 penerapan instruksi
    yang berbeda, dan
    dengan demikian
    dalam kompleksitas
    bidang katering untuk
    heterogenitas.
6Chin-Wen Chien Studi kasus harus
 .(2015). Analysis memiliki data dari
 of Taiwanese berbagai sumber dan
 elementary school memeriksa sesuatu
 english teachers’s dalam konteks
 perceptions of, kehidupan nyata
 design of, and (Yin,2013). Pertama,
 knowledge   
  berbagai sumber
 constructed about termasuk survei,
 differentiated dokumen, video, dan
 instruction in wawancara
 content. Cogent dikumpulkan

Differentiated instruction, in-service teacher’s professional development, teacher teams, educational change

Competence, content, differentiated instruction, jigsaw reading, perception, Taiwanese English teachers

Studi ini menambah pemahaman kita tentang kompleksitas inovasi pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pengajaran yang berbeda. Ini menarik kesimpulan berdasarkan program pengembangan profesional guru dalam jabatan yang dimaksudkan untuk mendorong pelaksanaan pengajaran yang berbeda. Implementasi instruksi yang berbeda didasarkan pada motivasi pribadi yang kuat dan program pengembangan profesional yang disesuaikan. Meskipun ada beberapa kendala, peserta menerapkan berbagai strategi pengajaran yang terkait dengan instruksi yang berbeda. Namun, sebagian besar guru tidak melaksanakan penilaian untuk memperoleh respon yang diinginkan.

para peserta menganggap instruksi yang berbeda itu penting; namun, kurangnya kompetensi, waktu, dan rencana pelajaran kolaboratif mereka mengakibatkan tidak ada penerapan instruksi yang berbeda dalam konten dalam praktik kelas sehari-hari mereka. Kedua, mereka membedakan instruksi dalam konten melalui membaca jigsaw dan penyediaan bahan pelengkap, tetapi tidak dalam berbagai pengatur grafik, kegiatan

Kami menyarankan

untuk

menginterpretasikan

kembali praktik

instruksi yang

dibedakan sebagai

kompetensi guru dan

memperkirakan bahwa

responsivitas instruksi

yang dibedakan adalah

aplikasi yang lebih

kompleks.

Pengembangan

keprofesian guru yang

berkelanjutan

diperlukan untuk

memupuk keterampilan

mengajar responsif

guru

9

 Education. sebagai data. Kedua, 
 Journal studi kasus 
 https://doi.org/10. digunakan dalam 
 1080/2331186X.2 penelitian ini untuk 
 015.1111040  menguji konten guru 
      bahasa Inggris yang 
      berbeda dalam 
      konteks EFL. Unit 
      analisisnya adalah 
      keyakinan dan 
      pengetahuan guru 
      bahasa Inggris 
      tentang konten yang 
      berbeda. 
7Marieke van Geel,Tujuan dariCognitive TaskDifferentiated instruction,
 Trynke Keuning,penelitian ini adalahAnalysis. (CTA)cognitive task analysis,
 Jimmy Frerejean,untuk mendapatkanlima langkah, yangprimary education,
 Diana DolmansB,wawasan lebihdominan dimathematic, assessment
 Jeroen vanlanjut tentangsebagian besar 
 MerriënboerBdanbagaimana gurumetode CTA dan 
       
 Adrie J. Visscher.sekolah dasardiidentifikasi oleh 
 (2018). CapturingmenyesuaikanClark et al. (2008). 
 the complexity ofinstruksi matematikaFokus di sini adalah 
 differentiatedmereka denganpadaBagaimanadife 
 instruction.perbedaan siswa.rensiasi dilakukan 
 School dipraktik. Langkah- 
 Effectiveness and langkah berikut 
 School dilakukan: (1) 
 Improvement.http mengumpulkan 
 s://doi.org/10.108 pengetahuan awal, 
 0/09243453.2018. (2) mengidentifikasi 
 1539013    representasi 
      pengetahuan, (3) 
      menerapkan metode 
      elisitasi 
      pengetahuan 

10

jangkar, berbagai teks, atau lingkaran sastra. Ketiga, teori, pemodelan, dan perencanaan kolaboratif yang diberikan oleh instruktur kursus musim panas intensif membantu peserta membangun pengetahuan dan kompetensi mereka dalam instruksi yang berbeda dalam konten. Tiga saran diberikan untuk membantu guru bahasa Inggris sekolah dasar mengimplementasikan konten yang berbeda dalam hal integrasi instruksi yang berbeda ke dalam pengembangan profesional guru, elemen konten yang berbeda, dan perencanaan kolaboratif.

Sepengetahuan peneliti, ini adalah analisis tugas kognitif pertama yang dilakukan dalam konteks keterampilan gutu untuk diferensiasi. Analisis menyeluruh tentang kognisi dan perilaku guru ahli dalam praktiknya memberikan wawasan yang kaya ke dalam pengetahuan dan keterampilan konstituen yang diperlukan untuk dapat menyesuaikan intruksi dengan perbedaan siswa. Dengan menganalisis kinerja pakar, peneliti dapat m,enangkap tugas ini dalam praktik, memungkinkan peneliti merancang kurikulum dan mengembangkan instrument penilaian yang benar-benar terkait dengan praktik ini. Studi ini menunjiukkan bagaimana CTA dapat dilakikan sehubungan dengan keterampilan guru, dan bagimana hal ini dapat dilakukan informasi dan wawasan

Peneliti mendorong kepada peneliti selanjutnya di bidang Pendidikan untuk melakukan CTA serupa untuk keterampilan kompleks lainnya seperti memastikan iklim pedagogis yang aman atau manajemen kelas. Prosedur diilustrasikan dalam penelitian ini dapat menjadi contoh untuk penelitian ;lain tentang berbagai keterampilan guru yang kompleks dan dalam berbagai konteks.

8Vasilis Strogilos,Tujuan penelitian (a)
 Levan Lim &untuk
 Nasreena Bintemengeksplorasi
 Mohamed Buharibagaimana guru
 (2021).sekolah dasar, LST,
 Differentiateddan AED-LBS
 instruction formemahami istilah
 students with SEN“DI” dan fitur yang
 in mainstreamterkait dengan
 classrooms:implementasinya,
 contextualdan (b) untuk
 features and typesmendeskripsikan
 of curriculumjenis modifikasi
 modifications.yang mereka
 https://hdl.hndle.nterapkan untuk
 et/10497/23447siswa penyandang
  disabilitas. SEN.

terfokus, (4) menganalisis dan memverifikasi data yang diperoleh, (5) memformat hasil untuk aplikasi yang dimaksud.

Metode yang dipakai

pendekatan kualitatif

yang menurut

Denzin dan Lincoln

(2005, 3), “para

peneliti mempelajari

hal-hal dalam

pengaturan alami

mereka, berusaha

untuk memahami,

atau menafsirkan,

fenomena dalam

kaitannya dengan

makna yang

diberikan orang

kepada mereka”.

Data dikumpulkan

melalui wawancara

semi-terstruktur,

observasi deskriptif,

rencana

pembelajaran (LP)

dan kelompok fokus

untuk memahami

fenomena kompleks

DI dengan

menyatukan opini,

observasi dan

perspektif sejarah.

Instruksi yang berbeda;

pendidikan inklusif;

kebutuhan pendidikan

khusus; modifikasi

kurikulum;

disabilitas

yang berharga bagi pengembangan

keprofesian guru.

Meskipun DI dianggap sebagai salah satu             Lakukan pemeriksaan

pendekatan pengajaran yang paling efektif dan      kembali

menjanjikan untuk pembelajar yang                       praktik-praktik sendiri

beragam, ada penelitian terbatas tentang                 dalam penggunaan

kemanjurannya untuk siswa dengan SEN.             pedagogi seperti DI dan

Fitur kontekstual dalam sistem pendidikan             memahami

dapat secara tidak sengaja berkontribusi pada        kembali praktik-praktik

keputusan dan praktik pengajaran di pihak             tersebut sebagai

profesional yang sebenarnya dapat                         bentuk-bentuk eksklusi

bertentangan dan menumbangkan                          situasional yang

pengetahuan dan pemahaman mereka yang            bertentangan dengan

ada tentang DI. Hal ini diwujudkan dalam             etos inklusi.

kurangnya variasi dalam pengembangan

modifikasi untuk siswa dengan SEN dengan

ketergantungan berlebihan pada

penggunaan modifikasi instruksional yang

ditemukan dalam penelitian ini. Penggunaan

DI yang agak tidak seimbang ini sebagai

default kendala kontekstual

mengkompromikan kemanjurannya sebagai

pendekatan untuk memberikan pendidikan

berkualitas

yang setara, inklusif, dan bermakna bagi siswa

dengan SEN.

11

Jadi, dalam

mengevaluasi proses

dan produk DI,

dipertimbangkan

bahwa interpretasi

berdasarkan

representasi

pengalaman dan

makna peserta secara

empiris

(Patton,2014).

9Janke M. Faber,Tujuan dariMetode yangInstruksi yang berbeda;Tidak ada efek positifOleh karena itu, kami
 Cees A. W. Glaspenelitian ini adalahdipergunakan adalahobservasi kelas; teorisignifikan yang ditemukan untuk praktikmerekomendasikan
 & Adrie J.untuk menyelidikistudi observasirespon item;pengajaran yang berbeda.agar studi keefektifan
 Visscher (2018).hubungan antara DIpretest-posttest.regresi bertingkatSiswa dalam kelompokDI di masa
 Differentiateddan prestasi belajarMenjelaskan sifatanalisisberkemampuan rendah mendapat keuntungandepan menggunakan
 instruction in asiswa dalamsampel, instrumen, lebih sedikit daritindakan lain yang
 data-basedkonteks DBDMprosedur instruksi yang berbeda daripada siswa dalamditujukan untuk
 decision-making(data-based decisionpengumpulan data, kelompokmenentukan alasan di
 context.making)dan teknik analisis berkemampuan rata-rata atau tinggi.balik
 https://doi.org/10. data yang digunakan.  kegiatan pembedaan
 1080/09243453.2    yang akan digunakan
 017.1366342.   untuk menilai
      kesesuaian antara DI
      dan
      kebutuhan instruksional
      yang sebenarnya.
10Amare Hiruy &tujuan dariMetode yang dipakaiTeori; praktik; instruksiSalah satu hasil penelitian menunjukkanProgram pelatihan dan
 Solomon Melessepenelitian ini adalahpendekatan penelitiandibedakan; penerapan;bahwa pemahaman DI oleh guru perguruandiskusi harus diatur
 (2022).untuk mengujicampuran untukperguruan tinggi TVETtinggi TVETuntuk menciptakan
 Examiningkesenjangan teori-alasan yang tinggi meskipun implementasinya rendah.kesadaran di antara para
 theory-practicepraktik dalamberbeda.Atinya Mayoritas pelatih TVET ternyata tidakpemimpin dan pakar
 gap inpenerapanmengumpulkan data terbiasa denganbiro TVED regional,
 implementingdiferensiasikuantitatif dan strategi pengajaran DI yang berbeda; Namundekan dan instruktur
 differentiatedinstruksional dalamkualitatif secara dalam praktiknya, beberapa guru ditemukanperguruan tinggi TVET
 instruction (DI) insistem TVETbersamaan atau jarangtentang

12

the EthiopianEthiopia. Pentingberurutan, tetapimenerapkan beberapa strategi dan tidak
TVET system: thejuga untukdengan satu bentukteratur.
case of TVETmengidentifikasidata yang mendukung 
colleges in Bahirtingkat pemahamanyang lain. Kedua 
Dar Citydan luasnya praktikbentuk data tersebut 
https://doi.org/10.dan melihat di manapada saat yang sama 
1080/2331186X.2letak kesenjangandan mengintegrasikan 
022.2114223untukinformasi tersebut 
 merekomendasikandalam interpretasi 
 intervensi yanghasil keseluruhan. 
 tepat.  

13

makna, pentingnya dan temuan penelitian ini.

Prinsip dan konsep kebijakan dan strategi sistem TVET Ethiopia yang sejalan dengan prinsip DI

harus dikomunikasikan secara tepat hingga ke bawah pelaksana. Ini akan membantu mereka untuk

memahami bahwa prinsip-prinsip DI tidak sepenuhnya keluar dari arah kebijakan sistem yang

selanjutnya membantu menerapkan konsep-konsep tersebut.

Materi pelatihan untuk

metodologi pengajaran

pelatih TVET harus

ditingkatkan dengan

memasukkan teori dan

prinsip DI dan pedagogi

kontemporer lainnya

yang dapat melayani

sistem

dengan baik.

Sistem penghargaan berdasarkan sistem penilaian kinerja harus menggabungkan praktik DI sehingga

      staf dapat termotivasi
      untuk menerapkannya.
      studi rinci tentang
      praktik teori dan prinsip
      DI dan studi lain yang
      berfokus pada kualitas
      pelatihan TVET harus
      dipelajari dan intervensi
      yang dapat
      memperbaiki kasus
      harus direncanakan.
11Elma M. DijkstraaProyek ini bertujuanPenelitian iniDiferensiasi; petunjuk;Kesetiaan intervensiBagaimana guru dapat
 , Amberuntuk meningkatkanmenggunakankesetiaan intervensi; diajar dengan baik
 Walravenb, Tonpengajaran yangpendekatan metodepenerapan; taman kanak-Persepsi intervensi(yaitu dalam
 Mooija and Paulberbeda dancampuran, sepertikanak; guru prajabatan) dan dilatih
 A. Kirschneramengevaluasiyang Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat(yaitu dalam masa
 (2017). Factorspengaruhnyadirekomendasikan kesetiaan intervensi sangat berbeda antarkerja) dalam
 affectingterhadapdalam DBR (design- sekolah. Di sebagian besar sekolah,meningkatkan
 interventionperkembangan anak,based Research) implementasi penyaringan dan kurikulumketerampilan
 fidelity ofkhususnya anakmenggunakan metode yang berbeda memakan waktu lebih lama daridiferensiasi mereka.
 differentiatedberkemampuankualitatif dan yang diharapkan, yang menyebabkan 
 instruction intinggi.kuantitatif dalam berkurangnya atau tidak ada waktu untukPengembangan
 kindergarten. penelitian yang sama protokol kebijakan. Berdasarkan persepsiprofesional jangka
 https://doi.og/10.1   peserta dan analisis lintas kasus implementasipanjang tampaknya
 080/02671522.20   di tiga sekolah, faktor interaksi berikutdiperlukan untuk
 16.1158856   muncul untuk berkontribusi pada keberhasilansepenuhnya bekerja
     implementasi intervensi ini: mengalamisesuai dengan
     kebutuhan yang kuat untuk perubahankomponennyaExcel
     pendidikan bagi anak-anak berkemampuanKwadraat. Untuk itu,
     tinggi, tekanan dari orang tua, kepala sekolahkerjasama antar sekolah
     yang terlibat aktif yang memfasilitasi gurusangat digalakkan.
     dalam intervensi dan kepercayaan sertaSetelah intervensi
     dukungan dari tim di mana setiap orangberakhir, beberapa
     mengetahui intervensi tersebut.sekolah yang
      berpartisipasi dalam

14

12Minttu Johler &Tujuannya adalahmetode campuranInstruksi yang berbeda;
 Rune Johanuntuk menyelidikisekuensial eksplorasipenyertaan; digital
 Krumsvik (2022).bagaimana teknologi; pendidikan;
 Increasingguru sekolah dasar sekolah dasar
 inclusion throughdi sekolah dasar  
 differentiatedterkemuka di  
 instruction in aNorwegia  
 technology-richmenggunakan  
 primary schoolteknologi digital  
 classroom inuntuk membedakan  
 Norwaypengajaran guna  
 https://doi.org/10.mempromosikan  
 1080/03004279.2lingkungan belajar  
 022.2143721yang lebih inklusif  
  di ruang kelas  
  yang beragam secara  
  akademis.  

penelitian ini

memutuskan untuk

bersama-sama terus

meningkatkan praktik

pembedaan mereka di

sekolah dasar awal dan

kelas yang lebih tinggi.

Hasilnya menunjukkan                                           Artikel ini telah

bahwa guru menemukan banyak potensi dan         memberikan

kemungkinan dalam                                               pengetahuan, deskripsi,

menggunakan teknologi digital untuk                     dan refleksi penting

membedakan instruksi untuk                                  tentang bagaimana guru

menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.       merasakan pengaruh

teknologi digital

dalam instruksi yang

berbeda untuk

menciptakan

lingkungan belajar yang

inklusif dalam konteks

sekolah dasar

pada khususnya.

Dimensi menarik yang

hilang dari data ini

adalah perspektif siswa,

yang mengundang

penelitian lebih lanjut

di bidang terkait di

masa mendatang

13Abrham  Zelalem,Tujuan dariMetode yang dipakaiInstruksi Dibedakan;
 SolomonMelessepenelitian ini adalahpendekatan desainEfikasi Diri; keragaman
 &   Amera   Seifuuntuk mengujicampuran sequentialpeserta didik
 (2022)Teacherkemanjuran diriexplanatory 
 educators’self-pendidik guru dan  
 efficacyandpraktik yang  
 perceived dirasakan dari  
 practicesofinstruksi yang  

Sebagian besar pendidik guru belum memiliki pelatihan tentang instruksi berdiferensiasi dan kurang efektif untuk mengimplementasikan instruksi berdiferensiasi. Ditemukan juga bahwa penerapan instruksi yang berbeda di

Sebagai hasil dari data kuantitatif maupun kualitatif menunjukkan, kompetensi pendidik guru dan keyakinan self-efficacy

untuk melaksanakan instruksi dibedakan

15

differentiated berbeda dalamwilayah studi berada pada tingkat yang
instructioninprogram pendidikansangat rendah.
Ethiopian primaryguru utama di 
teacher  educationEthiopia. 

programs: Teacher

education colleges

in amhara regional

state in focus

https://doi.org/10.

1080/2331186X.2

021.2018909

16

sangat rendah. Dengan demikian, badan yang bertanggung jawab di dinas

pendidikan daerah dan

pejabat perguruan

tinggi harus

menyelenggarakan

pelatihan

pengembangan

profesional yang akan

memberikan

kesempatan yang cukup

kepada instruktur untuk

belajar bagaimana

untuk membedakan

instruksi dan

meningkatkan DI self-

efficacy mereka. Selain

itu, karena kurikulum

pendidikan

guru sangat tidak fleksibel dan sarat konten yang menyisakan sedikit ruang untuk kegiatan yang berbeda, perguruan tinggi pendidikan guru harus memeriksa dan merestrukturisasi kurikulum mereka (komponen kursus persiapan guru) untuk memungkinkan pendidik guru menggunakan instruksi yang berbeda.

14Brian P. GodorTujuan utama dariMetodologi QMetodologi Q, Brian PMenyelidiki preferensi diferensiasi pribadiRelevansi dan
 (2021). The Manypenelitian ini adalahdigunakan dalamGodor, Diferensiasi Guru,guru akan menawarkan wawasan tentang apageneralisasi penelitian
 Faces of Teacheruntuk menyelidikipenelitian ini. SepertiPreferensi, Guruyang dipilih guru untuk difokuskan dalamini dapat diperkuat
 Differentiation:preferensi pribadiyang dinyatakanPendidikandiferensiasi mereka, serta, apa yang tidakdengan menggunakan
 Using Qguru untukMcKeown dan ditekankan oleh guru.metodologi Q ini dalam
 Methodology tomembedakanThomas (2013): Setiap cluster dieksplorasi dalam hal efekpengaturan yang lebih
 Explore Teacherspengajaran mereka.“tujuan utama untuk yang mungkin terjadi pada pembelajaranluas atau melengkapi
 Preferences for melakukan studi Q siswa. Selain itu, implikasi terhadapmetodologi penelitian
 DifferentiatedTujuan utama dariadalah untuk pengembangan guru juga dibahas per klaster.ini dengan metode
 Instructionpenelitian ini adalahmembedakan persepsi  penelitian kualitatif
 https://doi.org/10.untuk menyelidikiorang tentang dunia  seperti wawancara atau
 1080/08878730.2preferensi gurumereka dari sudut  observasi kelas. Selain
 020.1785068untuk membedakanpandang referensi diri  itu, melengkapi
  instruksi(hal. 1)  penelitian ini dengan
  mereka dan denganMetodologi Q  mengeksplorasi
  demikianmemungkinkan untuk  pengalaman kelas siswa
  mengidentifikasimengidentifikasi  dapat menambah
  kelompokkelompok  wawasan tambahan
  subjektivitas dalamsubjektivitas dalam  tentang hubungan
  kelompok gurupeserta penelitian. Ini  antara pendekatan guru
  sekolahberarti bahwa  untuk mengajar dan
  menengah ini.kelompok guru  pendekatan siswa untuk
   tertentu yang  belajar.
   memiliki preferensi   

subyektif yang sama

dapat diidentifikasi.

15Desalegn Zerai,Studi naratif iniMetode kualitatif,Instruksi yang berbeda;Hasil analisis naratif menunjukkan bahwa
 Sirpa Eskelä-bertujuan untukwawancara naratif,individualisasi; pendidikanguru mengkonstruksi
 Haapanen, Hannamengeksplorasianalisis naratif,inklusif; guru; analisislima makna DI dalam narasi mereka: sebagai
 Posti-Ahokas &makna DI dalamlinguistiknaratif; Eritreaorientasi kepedulian,
 Tanja Vehkakoskikonteks Eritrea, di  sebagai pendekatan pedagogik yang fleksibel,;
 (2021): Themana para guru  sebagai proses refleksi
 meanings oftidak secara  diri, sebagai usaha yang gagal dan sebagai
 differentiated   pendekatan yang menuntut.

Tiga dari hasil analisa naratif membuat citra positif DI dalam penelitian ini, sementara dua terakhir menciptakan citra negatif bagi DI dan ini

17

instruction in theeksplisit mengenalyang seharusnya
narratives ofkonsep tersebut,dibenahi
Eritreanmeskipun praktik 
teachers,pengajaran 
Pedagogy, Culturemereka 
& Society.mencerminkan 
https://doi.org/10.beberapa tingkat 
1080/14681366.2diferensiasi. 
021.1914712  
16Tadesse MelesseTujuan penelitian ini
 & Sinatayehuuntuk menentukan
 Belay (2022)hubungan yang
 Differentiatingsignifikan antara
 instruction inatribut siswa (latar
 primary andbelakang
 middle schools:pengetahuan,
 Does variation inkesiapan, minat, dan
 students’ learningprofil pembelajaran)
 attributes matter?,dan penggunaan
 https://doi.org/10.elemen DI oleh guru
 1080/2331186X.2(konten, proses,
 022.2105552produk, dan
  diferensiasi
  lingkungan belajar)
  di sekolah dasar dan
  menengah Enjibara.

dan administrasi

kota Chagni di zona

Awi, Ethiopia

Statistika,instruksi yang dibedakan;Penelitian ini memberikanPenelitian yang lebih
matematis,atribut siswa; diferensiasibukti kuat tentang pengaruh langsung danluas harus dilakukan
kuantitatif, tabelkonten; diferensiasitidak langsung dari variasi atribut siswa padaoleh peneliti lain
 proses; diferensiasi produk;instruksi yang dibedakan dengan menerapkandengan melibatkan
 diferensiasi lingkunganpendekatan model persamaan strukturalvariabel tambahan
 belajaryang lebih maju. Untuk mengatasi atributlainnya dan mencakup
  siswa, memvariasikan isi dan lingkunganberagam konteks
  belajarsekolah dasar dan
  perlu memberikan prioritas daripadamenengah swasta di
  memvariasikan proses dan produk.tingkat
   regional atau nasional.
   Guru untuk
   menerapkan pengajaran
   dan
   pembelajaran yang
   berbeda melalui
   penggunaan strategi
   diferensiasi konten,
   proses, produk dan
   lingkungan belajar
   Guru menjadi agen
   perubahan budaya
   untuk memenuhi

18

17Andrea Stairs-Tujuan dari makalah
 Davenport (2021):ini adalah untuk
 “Where Do Imelaporkan tema-
 Start?” Inquirytema yang
 into K-12diidentifikasi dalam
 Mainstreampertanyaan guru arus
 Teachers’utama K-12 di satu
 Knowledge aboutdistrik
 Differentiatingsekolah AS yang
 Instruction fordiajukan tentang
 ELLs in One U.S.instruksi pembeda
 School District,untuk pembelajar
 Educationbahasa Inggris
 Inquiry.(ELL) untuk
 https://doi.org/10.mendengar langsung
 1080/20004508.2dari guru tentang
 021.1969078topik yang ingin
  mereka pelajari
  lebih lanjut.
   kebutuhan individu
   peserta didik
   melalui pengajaran
   yang berkualitas dan
   kebutuhan untuk
   menyediakan
   lingkungan belajar yang
   menanggapi perbedaan
   individu menjadi
   perhatian tepat waktu
Pengumpulan datapelajar bahasa Inggris;Analisis data menunjukkan bahwa guru diJika kita berusaha untuk
konsep inkuiri.pelajar bahasa Inggris;kabupaten ini umumnya kurang siap untukmencapai tingkat
 pendidikan Guru; gurumengajar ELL (english language learners)tertinggi pemrograman
 pengembangan profesional; ELL berbasis
 instruksi yang dibedakan penelitian,
   mendengarkan
   guru arus utama ELL,
   dan merancang
   pengembangan
   profesional dan
   pengalaman belajar
   yang secara otentik
   menjawab pertanyaan
   guru, kita memiliki
   kesempatan untuk
   meningkatkan
   pendidikan ELL di
   semua distrik.
   ukuran dan profil
   demografis.
   Pembelajaran
   profesional yang paling
   relevan dan autentik
   digerakkan oleh guru,
   ditentukan oleh mereka
   yang paling dekat
   dengan pekerjaan

19

sehari-hari dengan

ELL. Sebagai

komunitas

pendidikan, kita harus

mengadvokasi guru dan

siswa untuk mengalami

pembelajaran yang

layak mereka

dapatkan dan

memastikan bahwa

mandat hukum untuk

kesempatan yang sama

adalah kenyataan tidak

hanya

dalam teori, tetapi juga

dalam praktik.

20

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan literatur review yang telah diuraikan, penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada mata pelajaran IPA di sekolah menengah pertama masih menghadapi keterbatasan rujukan literatur yang sangat terbatas. Sebagian besar literatur lebih berfokus pada hasil belajar murid, dengan penelitian yang secara khusus mencoba mengukur efektivitas pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks ini.

Salah satu penelitian oleh Rosinta Siburian, Sinta D. Simanjuntak, Frida Simorangkir (2019) menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hasil uji hipotesis menegaskan peningkatan yang nyata, menunjukkan keunggulan pembelajaran diferensiasi dibandingkan dengan pendekatan konvensional.

Pada penelitian lain oleh Candra Ditasona (2013), hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran diferensiasi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi adanya korelasi signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematis siswa setelah pembelajaran berbasis diferensiasi.

Studi Stefanius Yusuf, Marlene Thomas, Gerard Simonette, dan Leela Ramsook (2013) memberikan wawasan tambahan, menekankan bahwa pemodelan instruksi diferensiasi pada tingkat tersier dapat menghasilkan hasil yang lebih positif. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan dalam memanfaatkan strategi diferensiasi untuk konten, proses, dan produk pembelajaran.

Namun, terdapat juga tantangan dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi, sebagaimana diungkapkan oleh Wouter Smets dan Katrien Struyven (2020). Guru cenderung menghadapi kendala waktu yang dibutuhkan untuk perencanaan, pengorganisasian, dan penjadwalan individu dan kelompok dalam kelas yang besar, yang dapat mempengaruhi efektivitas implementasi.

Penelitian lebih lanjut oleh Vasilis Strogilos, Levan Lim, dan Nasreena Binte Mohamed Buhari (2021) menyoroti keterbatasan efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, terutama untuk siswa dengan kebutuhan khusus. Penerapan yang tidak seimbang dalam konteks ini dapat mengompromikan kemanjurannya sebagai pendekatan inklusif.

Meskipun literatur menunjukkan hasil positif terkait efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, terdapat beberapa tantangan yang patut dicatat. Sebagai contoh, studi oleh Wouter Smets dan Katrien Struyven (2020) menyoroti kendala waktu sebagai salah satu hambatan utama. Guru perlu menginvestasikan

21

waktu yang cukup untuk perencanaan, pengorganisasian, dan penjadwalan kegiatan individu dan kelompok, khususnya dalam kelas yang berukuran besar. Kendala ini dapat menghambat keterlaksanaan penuh dari pendekatan berdiferensiasi.

Vasilis Strogilos, Levan Lim, dan Nasreena Binte Mohamed Buhari (2021) menambahkan perspektif yang berfokus pada siswa dengan kebutuhan khusus. Meskipun pendekatan berdiferensiasi dianggap sebagai salah satu metode yang paling efektif, penelitian ini menyoroti adanya implementasi yang tidak seimbang, terutama dalam konteks siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus. Kesimpulan ini menunjukkan bahwa pemahaman kontekstual dalam sistem pendidikan sangat penting untuk mendukung keberhasilan implementasi berdiferensiasi.

Selain itu, Brian P. Godor (2021) menekankan pentingnya memahami preferensi diferensiasi pribadi guru. Analisis ini dapat memberikan wawasan tentang fokus guru dalam merancang pembelajaran yang diferensiasi, serta aspek-aspek yang mungkin kurang ditekankan. Hal ini dapat memberikan dasar bagi pengembangan program pengembangan profesional yang lebih efektif sesuai dengan kebutuhan guru.

Selanjutnya, Minttu Johler dan Rune Johan Krumsvik (2022) menyoroti peran teknologi digital dalam mendukung pembelajaran berdiferensiasi. Guru diidentifikasi memiliki potensi besar untuk menggunakan teknologi digital guna menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Oleh karena itu, pemahaman lebih lanjut dan penerapan teknologi digital dapat menjadi suatu strategi yang penting dalam mendukung diferensiasi di ruang kelas.

Dengan demikian, sementara terdapat bukti positif terkait dengan efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, perlu adanya perhatian terhadap kendala implementasi dan keterbatasan efektivitasnya dalam situasi tertentu. Penelitian dan pemahaman lebih lanjut diperlukan untuk memperdalam wawasan tentang penggunaan teknologi digital dalam mendukung diferensiasi, serta upaya untuk meningkatkan kesiapan guru dalam mengimplementasikan pendekatan ini secara optimal.

Pendekatan Pembelajaran Diferensiasi

Contoh kasus : Tersebutlah Bapak X guru kelas 3 SD dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang. Saat itu ia sedang mengajarkan materi tentang perkalian. Saat diberikan tugas menyelesaikan soal-soal perkalian, diantara 32 siswa di kelasnya tersebut, Bapak X melihat ada 3 siswa yang selesai lebih dahulu. Karena dia tidak ingin ketiga siswa ini tidak ada pekerjaan dan malah mengganggu siswa lainnya, akhirnya ia memberikan lembar kerja tambahan untuk 3 siswa tersebut, Jika siswa lain mengerjakan 15 soal perkalian, maka untuk siswa tersebut, Bapak X memberikan 25 soal perkalian. (Pedoman Pendidikan Guru Penggerak modul 2.1).

22

Dari ilustrasi di atas, apakah Bapak X tersebut sedang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi melibatkan upaya guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar siswa di dalam kelas (Tomlinson, 1999). Namun, penting untuk dicatat bahwa pendekatan berdiferensiasi tidak berarti guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk 32 siswa atau membuat banyak soal tambahan untuk siswa yang bekerja lebih cepat. Sebaliknya, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah suatu kekacauan, tetapi memerlukan perencanaan yang cermat agar guru dapat merespons kebutuhan belajar siswa secara efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi bukan hanya sekadar strategi pengajaran, melainkan juga mencerminkan sebuah filosofi tentang keragaman siswa. Seorang guru perlu membuat keputusan berorientasi pada kebutuhan murid yang terkait dengan kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang jelas. Penting bagi guru dan siswa untuk memiliki pemahaman yang jelas terkait dengan tujuan pembelajaran, dan guru harus responsif terhadap kebutuhan belajar siswa.

Proses pembelajaran berdiferensiasi melibatkan penyesuaian rencana pembelajaran, penggunaan sumber belajar yang berbeda, serta penugasan dan penilaian yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa. Guru juga perlu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung siswa dalam mencapai tujuan belajar tinggi. Untuk menjamin dukungan selama proses belajar, manajemen kelas yang efektif perlu diciptakan, dengan menciptakan prosedur, rutinitas, dan metode yang memberikan fleksibilitas namun tetap menjaga struktur yang jelas.

Tomlinson (1999) menyoroti tiga aspek kunci dalam pembelajaran berdiferensiasi, yaitu kesiapan, minat, dan profil siswa. Guru harus memodifikasi konten, proses, dan produk pembelajaran berdasarkan aspek-aspek ini. Dengan demikian, penerapan pembelajaran berdiferensiasi mengharuskan guru untuk melihat kebutuhan belajar siswa dari berbagai perspektif, memastikan bahwa setiap siswa mendapat dukungan yang sesuai dengan karakteristik mereka (Tomlinson, 2001).

1.   Kesiapan Siswa

Kesiapan belajar siswa, atau readiness, merujuk pada pandangan guru terhadap kemampuan siswa untuk menangkap dan menyerap materi pembelajaran. Teori Vygotsky (1978), sebagaimana diuraikan oleh Stephen Joseph (2013), mengemukakan konsep zona perkembangan proksimal siswa. Zona ini merupakan perbedaan antara kemampuan siswa bekerja secara mandiri tanpa bimbingan dan kemampuan yang dapat dicapai siswa dengan bantuan atau dukungan. Guru diharapkan mampu mengajar dalam zona ini, memberikan tugas yang sedikit lebih

23

kompleks dari kemampuan siswa saat ini. Dengan demikian, melalui pengulangan dan bimbingan, siswa akan menguasai keterampilan baru dan berkembang menjadi pemikir yang mandiri.

Stephen juga menyoroti konsep pemecahan masalah oleh Byrnes (1996), yang menekankan bahwa materi pembelajaran seharusnya disajikan pada tingkat kesulitan yang sesuai dengan tingkat penguasaan siswa. Jika terlalu mudah atau sulit, pertumbuhan belajar tidak akan optimal, dan siswa dapat merasa bingung dan frustasi. Oleh karena itu, perhatian guru terhadap kesiapan siswa menjadi krusial dalam konteks differentiated instruction.

Tomlinson (2001) menegaskan bahwa kesiapan bukanlah sinonim dari kemampuan, dan kedua istilah tersebut sebaiknya tidak digunakan secara bergantian. Kesiapan siswa bersifat kondisional dan dapat berubah secara teratur sebagai hasil dari pengajaran berkualitas tinggi. Sementara itu, kemampuan cenderung bersifat tetap dan terkait dengan sifat bawaan. Dalam konteks differentiated instruction, konsep kesiapan mencakup pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan siswa terkait dengan materi yang diajarkan oleh guru.

Tujuan dari diferensiasi kesiapan adalah memastikan bahwa setiap siswa dihadapkan pada pengalaman belajar yang sesuai dan menantang. Tomlinson (2001:46) menggambarkan bahwa merancang pembelajaran mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar Compact Disk (CD). Dengan menyesuaikan “tombol” ini dengan tepat, guru dapat menyamakan peluang siswa untuk memahami materi, terlibat dalam berbagai kegiatan, dan menghasilkan produk belajar yang sesuai dengan tingkat kesiapan mereka.

2.   Minat siswa

Seperti halnya kesiapan siswa, minat siswa juga memiliki peran penting dalam pengembangan akademik siswa. Minat siswa mengacu pada aspek-aspek yang melibatkan perhatian, keingintahuan, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Tomlinson, 2001). Stephen (2013) menjelaskan bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang disesuaikan dengan minat siswa dapat menciptakan motivasi yang kuat dalam diri siswa. Diferensiasi berbasis minat juga dapat merangsang siswa untuk menemukan minat baru, seperti yang disoroti oleh Santangelo dan Tomlinson (2009) dalam konsep pembelajaran berdiferensiasi menurut Stephen (2013).

Contohnya,  di dalam kelas,  guru dapat  membedakan keterampilan dan

materi utama yang akan diajarkan dengan menyelaraskannya dengan minat khusus

siswa, mungkin dalam bidang seperti musik, olahraga, atau satwa liar. Stephen

(2013) merangkum pandangan beberapa tokoh, seperti Amabile (1983), Bruner

(1961), Sharan, dan Sharan (1992), yang menyatakan bahwa diferensiasi berbasis

24

minat memiliki korelasi langsung dengan studi motivasi. Hal ini termanifestasi dalam peningkatan keterlibatan siswa dalam tugas, peningkatan kreativitas, produktivitas yang lebih besar, dan tingkat motivasi intrinsik yang lebih tinggi ketika instruksi disesuaikan dengan minat siswa.

Dengan menerapkan diferensiasi berbasis minat, guru tidak hanya menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih menarik, tetapi juga memberikan ruang bagi perkembangan potensi kreatif dan produktif siswa. Pemahaman guru terhadap minat siswa menjadi kunci dalam membentuk pendekatan pembelajaran yang dapat merangsang keingintahuan dan motivasi intrinsik siswa.

3.   Profil belajar siswa

Siswa seringkali memiliki preferensi belajar yang bervariasi. Beberapa siswa lebih suka berinteraksi dengan kelompok atau seluruh kelas, sementara yang lain merasa lebih nyaman bekerja sendiri. Preferensi juga dapat berkaitan dengan tipe pembelajaran, di mana ada siswa yang lebih responsif terhadap pembelajaran visual atau kinestetik, sedangkan yang lain lebih cenderung menjadi pembelajar verbal atau auditori. Ketika diferensiasi didasarkan pada profil pembelajaran ini, setiap siswa diberi kesempatan untuk belajar dengan cara yang paling alami dan efisien bagi mereka.

Misalnya, siswa dapat diberikan kesempatan untuk bekerja secara mandiri, berpasangan, atau dalam kelompok. Lingkungan kerja juga dapat disesuaikan dengan berbagai preferensi belajar, termasuk pilihan tempat yang tenang atau diiringi oleh musik, pencahayaan yang remang-remang atau terang, serta penggunaan meja atau meja bukan meja. Faktor kunci dalam profil belajar siswa mencakup preferensi terhadap lingkungan belajar, orientasi kelompok, gaya kognitif, dan preferensi kecerdasan (Santangelo & Tomlinson, 2009, dalam Stephen, 2013).

Profil belajar merujuk pada cara individu belajar dengan paling baik. Terkadang, secara tidak sadar, guru dapat cenderung memilih metode pengajaran yang sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri. Kesadaran terhadap hal ini sangat penting agar guru dapat bervariasi dalam metode dan pendekatan pengajarannya. Profil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti preferensi terhadap lingkungan belajar (misalnya, suhu ruangan, tingkat kebisingan, pencahayaan), pengaruh budaya (santai-terstruktur, pendiam-ekspresif, personal-impersonal), dan preferensi gaya belajar (visual, auditori, kinestetik).

Gaya belajar visual melibatkan penggunaan gambar, diagram, presentasi visual, sementara gaya auditori melibatkan pendengaran, seperti mendengarkan penjelasan guru atau berpartisipasi dalam diskusi. Gaya belajar kinestetik melibatkan pembelajaran melalui tindakan langsung atau kegiatan fisik. Mengingat

25

variasi gaya belajar ini, guru diharapkan menggunakan kombinasi metode pengajaran. Selain itu, preferensi berdasarkan kecerdasan majemuk, seperti visual-linguistik, naturalis, logic-kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan verbal-linguistik, juga perlu dipertimbangkan dalam proses diferensiasi pembelajaran.

4.   Diferensiasi Konten

Setelah guru memahami tingkat kesiapan, minat, dan profil pembelajaran siswa, mereka dapat terlibat dalam diferensiasi konten, proses, dan produk yang efektif dan sesuai. Tomlinson menekankan bahwa konten tidak hanya mencakup “Apa yang diajarkan,” tetapi juga “Bagaimana siswa mengakses materi yang diajarkan.” Oleh karena itu, untuk sebagian besar, isi pembelajaran harus tetap relatif konstan di seluruh peserta didik, sementara guru dapat bervariasi dalam cara siswa mendapatkan akses ke konten tertentu untuk memenuhi kebutuhan individual siswa.

Beberapa strategi diferensiasi konten melibatkan penyediaan materi teks pada berbagai tingkat kerumitan bacaan, pemadatan kurikulum, penggunaan instruksi kelompok kecil untuk mendukung siswa, menyediakan materi dalam format audio atau video, penggunaan penyelenggara pencatat, menyoroti bagian kunci dari teks, dan penggunaan manipulatif (Tomlinson).

Heacox (2002), seperti yang dijelaskan oleh Stephen (2013), menyarankan bahwa guru dapat membedakan konten dengan memberikan siswa pilihan untuk mengeksplorasi sub-topik dalam topik atau unit utama. Saat setiap siswa mempresentasikan informasi tentang sub-topik yang mereka pilih, seluruh kelas dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang topik secara keseluruhan.

Anderson (2007), juga mengutip oleh Stephen (2013), mengemukakan bahwa guru dapat membedakan konten melalui pengelompokan fleksibel di mana siswa dapat bekerja secara berpasangan, kelompok kecil, atau secara mandiri. Media seperti buku, kaset, atau internet dapat digunakan sebagai alat untuk mendukung pemahaman dan pengetahuan siswa tentang suatu topik atau konsep. Penting untuk dicatat bahwa sementara semua siswa didorong untuk bekerja sesuai dengan kecepatan mereka sendiri, diferensiasi konten mencakup strategi pengorganisasian dan format penyampaian konten, yang melibatkan berbagai materi seperti buku teks, grafik, diagram, video pembelajaran, rekaman suara, atau penjelasan yang disampaikan oleh guru.

5.   Diferensiasi proses

Seperti diferensiasi konten, diferensiasi proses juga merupakan aspek penting dalam menanggapi tingkat kesiapan, minat, dan profil pembelajaran siswa (Tomlinson, 2001). Menurut Anderson (2007), diferensiasi proses dalam

26

pembelajaran merujuk pada “bagaimana peserta didik memahami dan mengasimilasi fakta, konsep, atau keterampilan.” Adapun strategi untuk melakukan diferensiasi proses yang efektif mencakup:

a.   Kegiatan Berjenjang:

Memasukkan kegiatan dengan tingkat kompleksitas yang bervariasi untuk mengoptimalkan pengalaman belajar setiap siswa. Ini dapat membantu siswa dengan tingkat kesiapan yang berbeda untuk tetap terlibat dalam pembelajaran.

  • Memberikan Arahan pada Berbagai Tingkat Kekhususan:

Memberikan arahan dengan tingkat kekhususan yang bervariasi, memungkinkan siswa untuk mendekati materi dengan cara yang sesuai dengan tingkat pemahaman dan keterampilan mereka.

  • Memvariasikan Kecepatan Kerja:

Memberikan fleksibilitas dalam kecepatan kerja siswa, memungkinkan mereka untuk mengatasi materi dengan tempo yang sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar individu mereka.

  • Menawarkan Banyak Pilihan Ekspresi:

Memberikan berbagai cara kepada siswa untuk mengekspresikan pemahaman mereka, mempertimbangkan preferensi dan kekuatan individu mereka.

  • Memberi Siswa Topik Alternatif:

Menciptakan pilihan topik atau proyek yang berbeda agar siswa dapat fokus pada area yang sesuai dengan minat mereka.

  • Menciptakan Aktivitas yang Selaras dengan Modalitas Belajar:

Menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan berbagai modalitas belajar, seperti taktile, auditori, atau visual, untuk mendukung gaya belajar siswa (Sylwester, 2003; Tomlinson, 2005a, 2005b).

Kegiatan ini, yang disebut sebagai “kegiatan pembuatan makna” oleh Tomlinson (2005a), memungkinkan siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi yang diajarkan. Dengan demikian, diferensiasi proses bukan hanya tentang bagaimana guru memutuskan untuk mengajar (misalnya, melalui kuliah, pusat belajar, kelompok kecil, atau seluruh kelas), tetapi juga melibatkan strategi yang mendorong siswa untuk menggunakan berbagai metode untuk menjelajahi konten secara menyeluruh. Ini dapat mencakup berpikir tingkat tinggi, berpikir terbuka, kegiatan penemuan, penalaran, dan penelitian (Bailey & Williams-Black, 2008).

27

Dengan demikian, diferensiasi proses merujuk pada strategi untuk membedakan cara siswa menjalani pembelajaran, memungkinkan mereka untuk berlatih dan memahami konten secara efektif. Pendekatan ini mencakup kegiatan berjenjang, memberi siswa kontrol atas cara mereka bekerja, dan memberikan fleksibilitas dalam kecepatan kerja atau waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.

  • Diferensiasi produk

Dalam konteks pembelajaran, Tomlinson (2005a, 2005b), seperti yang dijelaskan oleh Stephen (2013), menyoroti pentingnya produk sebagai penilaian puncak yang memungkinkan siswa menunjukkan pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan setelah melewati segmen pengajaran yang signifikan. Dalam diferensiasi produk, penting untuk menawarkan berbagai jalur kepada siswa agar mereka dapat menunjukkan penguasaan tujuan pembelajaran dengan cara yang sesuai dengan gaya dan preferensi pembelajaran masing-masing.

Tugas diferensiasi produk yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

a.   Kriteria yang Jelas dan Sesuai:

Menawarkan siswa kriteria penilaian yang jelas dan sesuai untuk mencapai kesuksesan dalam tugasnya.

b.   Fokus pada Relevansi dan Aplikasi Dunia Nyata:

Memastikan bahwa tugas produk difokuskan pada relevansi dengan dunia nyata, sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antara pembelajaran mereka dan penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

c.   Pemikiran Kreatif dan Kritis:

Mendorong pemikiran kreatif dan kritis siswa, memungkinkan mereka tidak hanya untuk menguasai materi, tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan inovatif.

d.   Berbagai Mode Ekspresi:

Memberikan opsi berbagai mode ekspresi, mengakomodasi gaya belajar yang berbeda-beda di antara siswa.

Santangelo & Tomlinson (2009), dalam pandangan mereka yang diakui oleh Stephen (2013), menekankan pentingnya memberikan perancah dan dukungan memadai kepada siswa dalam menyelesaikan tugas produk. Hal ini mencakup memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan evaluasi diri dan mendapatkan umpan balik dari teman sebaya. Pendekatan ini memberikan siswa

28

lebih banyak kendali atas proses pembelajaran mereka dan memperhitungkan profil pembelajaran mereka.

Bailey & Williams-Black (2008), sebagaimana dikutip oleh Stephen (2013), menambahkan dimensi lain dengan mengemukakan bahwa diferensiasi produk memungkinkan siswa untuk memilih cara mereka sendiri dalam menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan. Dengan memberi siswa kebebasan ini, mereka cenderung memilih metode yang sesuai dengan profil pembelajaran mereka sendiri, meningkatkan peluang kesuksesan dalam pembelajaran.

Dengan demikian, diferensiasi produk merujuk pada strategi untuk membedakan hasil belajar siswa, mencakup hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Pendekatan ini mengakui keunikan setiap siswa dan memberikan mereka kesempatan untuk mengekspresikan pemahaman mereka dengan cara yang sesuai dengan gaya dan preferensi belajar individu mereka.

7.   Peran Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, penilaian memiliki peran sentral yang tidak bisa diabaikan. Seorang guru diharapkan memiliki pemahaman yang terus berkembang tentang kemajuan akademik siswanya untuk merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan tersebut. Penilaian berfungsi sebagai suatu kompas yang mengarahkan praktik pembelajaran berdiferensiasi dengan menyelaraskan pengajaran dengan kemajuan individual siswa.

Tomlinson & Moon (2013: 18), dalam panduan Pendidikan Guru Penggerak, mendefinisikan penilaian sebagai proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk membantu pengambilan keputusan guru. Ini mencakup informasi yang membantu guru memahami siswanya, memantau proses belajar mengajar, dan membangun komunitas kelas yang efektif.

Penilaian dalam kelas dapat dipandang dari tiga perspektif:

a.   Assessment for Learning (Penilaian Selama Pembelajaran):

Dilakukan selama proses pembelajaran dan digunakan sebagai dasar untuk perbaikan proses belajar mengajar. Berfungsi sebagai penilaian formatif atau berkelanjutan.

b.   Assessment of Learning (Penilaian Setelah Pembelajaran):

Dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Berfungsi sebagai penilaian sumatif.

29

c.   Assessment as Learning (Penilaian sebagai Proses Belajar):

Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan penilaian. Dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.

Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, penilaian formatif memegang peran penting. Penilaian ini dilakukan selama proses pembelajaran untuk memonitor dan mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. Guru dapat menggunakan berbagai strategi untuk melakukan penilaian formatif, seperti observasi, tanya jawab, refleksi, dan diskusi.

Beberapa strategi penilaian formatif melibatkan aktivitas sehari-hari, seperti:

  1. Tiket Keluar: Pertanyaan yang diajukan sebelum kelas berakhir.
  • Berbagi Tiga Puluh Detik: Siswa berbagi pemahaman mereka selama tiga puluh detik.
  • Nama dalam Toples: Siswa menulis nama dan dimasukkan dalam toples.
  • 3-2-1: Siswa merangkum atau menyimpulkan pembelajaran.
  • Refleksi: Aktivitas refleksi untuk memahami pemahaman siswa.
  • Pojok Pemahaman: Siswa pergi ke pojok kelas sesuai pemahaman mereka.
  • Strategi 5 Jari: Siswa menggunakan jari untuk mendeskripsikan pemahaman mereka.

Dengan memahami dan menerapkan penilaian formatif secara efektif, guru dapat memetakan kebutuhan belajar siswa, memaksimalkan peluang pertumbuhan, dan meningkatkan kesuksesan siswa dalam materi atau topik tertentu. Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, kemampuan guru untuk menilai dan menganalisis menjadi keterampilan kunci untuk sukses implementasi.

Simpulan Dan Implikasi

Simpulan

Pembelajaran berdiferensiasi menawarkan pendekatan yang menarik untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa yang beragam di kelas. Terlepas dari sejumlah penelitian yang menyoroti keberhasilan metode ini, terdapat tantangan yang perlu diatasi agar implementasinya dapat optimal.

Beberapa temuan menarik dari penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi efektif meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan penalaran matematis siswa (Siburian et al., 2019; Ditasona, 2013). Namun, keterbatasan literatur menyoroti perluasan penelitian untuk mencakup mata pelajaran lain dan konteks pendidikan yang lebih luas.

Tantangan utama muncul dari kendala waktu yang dihadapi oleh guru dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi (Smets & Struyven,

30

2020). Diperlukan investasi waktu yang signifikan untuk mengorganisir dan menjadwalkan kegiatan individu dan kelompok, terutama dalam kelas yang berukuran besar. Memahami preferensi diferensiasi pribadi guru menjadi kunci, dan pendidikan kontekstual yang mendalam diperlukan untuk mendukung implementasi yang efektif (Godor, 2021).

Penelitian lebih lanjut menyoroti perluasan pemahaman kita terhadap implementasi berdiferensiasi, terutama dalam konteks siswa dengan kebutuhan khusus (Strogilos et al., 2021). Keseimbangan yang kurang dalam penerapan berdiferensiasi dapat merugikan siswa-siswa ini, menandakan bahwa pendekatan inklusif memerlukan perhatian lebih serius.

Pentingnya memanfaatkan teknologi digital sebagai pendukung pembelajaran berdiferensiasi menjadi sorotan terkini (Johler & Krumsvik, 2022). Guru memiliki potensi besar untuk menggunakan teknologi ini guna menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. Oleh karena itu, peningkatan pemahaman dan penerapan teknologi digital perlu diintegrasikan ke dalam strategi pembelajaran berdiferensiasi.

Pada intinya, kesuksesan pembelajaran berdiferensiasi memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan belajar siswa, kesiapan guru, dan integrasi teknologi (Tomlinson, 1999; Anderson, 2007). Sementara hasil penelitian menunjukkan dampak positif, tantangan implementasi perlu diatasi agar potensi penuh dari metode ini dapat direalisasikan. Pemahaman kontekstual, dukungan penuh terhadap guru, dan eksplorasi lebih lanjut terhadap peran teknologi digital dapat membawa pembelajaran berdiferensiasi ke tingkat yang lebih tinggi, menciptakan ruang kelas yang inklusif dan dinamis.

Implikasi

Berikut adalah beberapa implikasi praktis:

1.   Penelitian Lebih Lanjut:

Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana pembelajaran berdiferensiasi memengaruhi mata pelajaran lain dan situasi pembelajaran yang berbeda. Guru dan peneliti dapat bekerja sama untuk mengembangkan wawasan yang lebih dalam tentang metode ini.

2.   Peningkatan Pelatihan Guru:

Guru perlu mendapatkan pelatihan yang mendalam untuk mengatasi kendala waktu dalam merencanakan pembelajaran yang berbeda-beda. Program pelatihan guru bisa fokus pada cara mengatasi tantangan sehari-hari dan memahami preferensi pembelajaran pribadi mereka.

31

3.   Fokus pada Siswa dengan Kebutuhan Khusus:

Perhatian khusus perlu diberikan pada siswa dengan kebutuhan khusus, memastikan bahwa penerapan berdiferensiasi mendukung semua siswa.

Sekolah perlu mengembangkan kebijakan inklusif untuk memastikan bahwa setiap siswa merasa didukung.

4.   Teknologi untuk Pengalaman Belajar yang Lebih Baik:

Guru perlu diberdayakan dengan keterampilan teknologi untuk mendukung pembelajaran yang berbeda-beda. Integrasi teknologi ke dalam pengajaran dapat memberikan alat yang bermanfaat bagi guru untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik.

5.   Perencanaan Kurikulum yang Menyesuaikan:

Perencanaan kurikulum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan preferensi belajar siswa. Ini dapat menciptakan kurikulum yang lebih relevan dan menarik bagi siswa.

6.   Keterlibatan Siswa yang Lebih Aktif:

Siswa dapat diberdayakan untuk lebih aktif dalam pembelajaran mereka sendiri, memilih cara yang sesuai untuk belajar. Memberikan siswa tanggung jawab lebih dalam proses pembelajaran mereka dapat meningkatkan keterlibatan mereka.

7.   Lingkungan Pembelajaran yang Inklusif:

Penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran berbeda-beda. Komitmen penuh dari sekolah untuk menciptakan lingkungan inklusif akan memastikan keberhasilan semua siswa.

Dengan mempertimbangkan poin-poin ini, sekolah dapat membuat langkah-langkah positif menuju lingkungan pembelajaran yang mendukung keberagaman dan memastikan bahwa setiap siswa memiliki kesempatan yang setara untuk sukses.

32

DAFTAR PUSTAKA

Chien, C.-W. (2015). Analysis of Taiwanese elementary school English teachers’ perceptions of, design of, and knowledge constructed about differentiated instruction in content. https://doi.org/10.1080/2331186X.2015.1111040

Cloud, E. B., Carpenter, D., Dever, D. A., Azevedo, R., & Lester, J. (2021). Game-Based Learning Analytics for Supporting Adolescents’ Reflection. https://doi.org/10.18608/jla.2021.7371

Dijkstra, E. M., Walraven, A., Mooij, T., & Kirschner, P. A. (2017). Factors affecting intervention fidelity of differentiated instruction in kindergarten. https://doi.org/10.1080/02671522.2016.1158856

Ditasona, C. (2013). Penerapan Pendekatan Differentiated Instruction Dalam Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Siswa SMA. Tesis. Repository.upi.edu

ER, S., TOKER, Z., & YÜCELYİĞİT, S. (2022). In-Service Teachers’ Opinion about the Use of Video-based Self-Reflective Thinking for Pedagogical Development. Journal of Theoretical Educational Science. http://doi.org/10.30831/akukeg.1039752

Faber, J. M., Glas, C. A. W., & Visscher, A. J. (2018). Differentiated instruction in a data-based decision-making context. https://doi.org/10.1080/09243453.2017.1366342

Fitra, D. K. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Perspektif Progresivisme pada Mata Pelajaran IPA. Jurnal Filsafat Indonesia, 5(3).

Godor, B. P. (2021). The Many Faces of Teacher Differentiation: Using Q Methodology to Explore Teachers’ Preferences for Differentiated Instruction. https://doi.org/10.1080/08878730.2020.1785068

Gusteti, M. U., & Neviyarni. (2022). Pembelajaran Berdiferensiasi Pada Pembelajaran Matematika Di Kurikulum Merdeka. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika dan Statistika, 3(3), https://doi.org/10.46306/lb.v3i3.180

Hockett, J. (2018). Differentiation Strategies and Examples: Grade 6-12.

Tennessee Department of Education.

Hiruy, A., & Melesse, S. (2022). Examining theory-practice gap in implementing

differentiated instruction (DI) in the Ethiopian TVET system: The case of

TVET colleges in Bahir Dar City.

https://doi.org/10.1080/2331186X.2022.2114223

33

Johler, M., & Krumsvik, R. J. (2022). Increasing inclusion through differentiated instruction in a technology-rich primary school classroom in Norway. https://doi.org/10.1080/03004279.2022.2143721

Joseph, S., Thomas, M., Simonette, G., & Ramsook, L. (2013). The impact of differentiated instruction in a teacher education setting: successes and challenges. International Journal of Higher Education. https://doi.org/10.5430/ijhe.v2n3p28

Kemdikbudristek. (2022). Modul Paket 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak Pada Murid. Pendidikan Guru Penggerak.

Martanti, F., Widodo, J., Rusdarti, R., & Priyanto, A. S. (2022). Penguatan Profil Pelajar Pancasila Melalui Pembelajaran Diferensiasi Pada Mata Pelajaran IPS di Sekolah Penggerak. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana, ISSN 26866404, Universitas Negeri Semarang. http://pps.unnes.ac.id/prodi/prosiding-pascasarjana-unnes/

Martincova, J., Trubáková, L., & Fröhlichová, S. (2021). Pedagogical Concept of Self-Reflection of Student of Social Education: Qualitative Study of Self-Reflection Determinants. https://doi.org/10.12973/eu-jer.10.4.1793

Melesse, T., & Belay, S. (2022). Differentiating instruction in primary and middle schools: Does variation in students’ learning attributes matter? https://doi.org/10.1080/2331186X.2022.2105552

Shida, N., Abdullah, A. H., Osman, S., & Ismail, N. (2023). Design and development of critical thinking learning strategy in integral calculus. International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE),12(1), 284–291.

Siburian, R., Simanjuntak, S. D., & Simorangkir, F. (2019). Penerapan Pembelajaran Diferensiasi dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Pembelajaran Daring. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.

Smets, W., & Struyven, K. (2020). A Teachers’ professional development

programme to implement differentiated instruction in secondary education:

How far do teachers reach.

https://doi.org/10.1080/2331186X.2020.1742273

Stairs-Davenport, A. (2021). “Where Do I Start?” Inquiry into K-12 Mainstream

Teachers’ Knowledge about Differentiating Instruction for ELLs in One

U.S. School District. Education Inquiry.

https://doi.org/10.1080/20004508.2021.1969078

34

Strogilos, V., Lim, L., & Mohamed Buhari, N. B. (2021). Differentiated instruction for students with SEN in mainstream classrooms: contextual features and types of curriculum modifications. https://hdl.handle.net/10497/23447

Tomlinson, C. A. (1999). The Differentiated Classroom: Responding to the Needs of All Learners. ASCD. Alexandria, Virginia, USA.

Tomlinson, C. A. (2001). How To Differentiate Instruction In Mixed-Ability Classrooms (2nd ed.). ASCD. Alexandria, Virginia, USA.

van Geel, M., Keuning, T., Frerejean, J., Dolmans, D., van Merriënboer, J., & Visscher, A. J. (2018). Capturing the complexity of differentiated instruction. School Effectiveness and School Improvement. https://doi.org/10.1080/09243453.2018.1539013

William, D. (2013). Assessment: The Bridge between Teaching and Learning.

Voice from the Middle, 21.

Zelalem, A., Melesse, S., & Seifu, A. (2022). Teacher educators’ self-efficacy and perceived practices of differentiated instruction in Ethiopian primary teacher education programs: Teacher education colleges in Amhara regional state in focus. https://doi.org/10.1080/2331186X.2021.2018909

Zerai, D., Eskelä-Haapanen, S., Posti-Ahokas, H., & Vehkakoski, T. (2021). The

meanings of differentiated instruction in the narratives of Eritrean teachers.

Pedagogy, Culture & Society.

https://doi.org/10.1080/14681366.2021.1914712

Zuliani, D., Florentinus, T. S., & Ridlo, S. (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Karakter pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Journal of Educational Research and Evaluation.

35

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *