SUMBER DAN RESOLUSI KONFLIK REMAJA-ORANG TUA DI KOTA BANDUNG

2019

Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., Psikolog, Dr. Herlina, M.Pd., Psikolog, Lira Fessia Damaianti, S.Psi., M.Pd.

Sumber Dana: UPI

Abstrak: Tuntutan remaja akan otonomi dan tanggung jawab merupakan persoalan universal pada banyak orang tua. Di satu sisi, sejalan dengan tugas perkembangan remaja, mereka menuntut pengakuan sebagai individu yang mandiri, namun di sisi lain, mereka masih menunjukkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap orang tuanya. Hal ini dapat menimbulkan banyak konflik antara orang tua dan remaja. Dalam taraf tertentu, konflik diyakini dapat mempermudah remaja dalam menghadapi transisi dari remaja yang tergantung pada orang tua menjadi remaja yang mandiri. Namun demikian, pengelolaan yang kurang tepat dalam mengatasi konflik remaja-orang tua, dapat memiliki dampak negatif bagi perkembangan remaja.  Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi sumber-sumber dan resolusi konflik remaja-orangtua di Kota Bandung. Sampel terdiri dari 687 remaja Sunda berusia 12-19 tahun, 448 ibu, dan 395 ayah yang tinggal di Bandung. Data dianalisis dengan menggunakan analisis isi dan human coder. Temuan sementara menunjukkan bahwa remaja merasa bahwa sebagian besar ibu dan ayah cenderung untuk mengarahkan dan memaksakan kehendak mereka daripada untuk membahas dan bernegosiasi mereka dalam upaya untuk menyelesaikan konflik. Selain itu, mereka melaporkan bahwa ibu dan ayah mengekspresikan agresi tetapi dengan cara yang berbeda, ibu cenderung mengekspresikan agresi verbal sedangkan ayah cenderung mengekspresikan agresi fisik. Dampaknya adalah sebagian besar remaja lebih suka menyerah kepada ayah untuk menghindari dampak buruk dan karena keharusan. Hasil ini menunjukkan kontradiksi dengan nilai Sunda, yang menghindari pertengkaran sebanyak mungkin, dan mereka lebih suka sikap diam daripada bersikap tegas, apalagi menjadi agresif.

Kata Kunci: Konflik, Orang Tua, Remaja, Resolusi Konflik