Tahukah Anda, apa itu histeria?

Cut Putri Zakia Maulida

Pernah mendengar tentang kesurupan?

Hal ini secara psikologis disebut dengan histeria massa. Beberapa masyarakat menganggap histeria disebabkan oleh gangguan emosi atau psikologis karena tidak dapat mengatasi tekanan. Namun tidak sedikit masyarakat yang menganggap histeria sebagai “kerasukan makhluk halus/jin ke dalam tubuh manusia”.

Bagaimana pandangan dunia psikologi terhadap histeria?

Pengertian: Histeria adalah gejala yang ditandai dengan gangguan fisik tanpa penyebab fisik yang jelas. APA (American Psychological Association) Concise Dictionary of Psychology (2009: 236) menyebutkan bahwa histeria tergolong gangguan somatik. Hal ini sering digunakan sebagai istilah untuk setiap gangguan psikogenik yang ditandai dengan gejala seperti kelumpuhan, kehilangan penglihatan, kehilangan indera perasa, halusinasi, dan sering berada dalam keadaan rentan.

Menurut Atkins dalam Fariza (2012a) penderita histeria umumnya terjadi pada perempuan di usia remajanya.

Penyebab histeria di kalangan remaja: kurang keyakinan diri, merasa kecewa dalam pelajaran bahkan dalam percintaan, rasa bersalah atas kesalahan masa lalu, memendam rasa, membayangkan sesuatu yang menakutkan, kesedihan, kebimbangan, tekanan. Menurut Zakaria, histeria dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun faktor gaib seperti kerasukan jin (Fariza, Md. S, dkk, 2012b).

Solusi: Menurut Norlina dkk, (2014) untuk menghindari histeria para penderita dapat mengamalkan beberapa aktivitas spiritual seperti berwudu’, berzikir, membaca al-Quran, mengamalkan ayat-ayat pendinding diri, azan, dan bersabar ketika menghadapi tekanan.

Pada masa Perang Dunia ke-ll, para penderita histeria diberikan sugesti sebagai bentuk teknik penyembuhannya (Macleod, 2018). Menurut Freud (dalam Futnam, 19096), memberikan treatment relaksasi kepada pasien juga dapat menjadi alat penyembuhan. Menurut Wolfsohn (1918), beberapa treatment yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan histeria yaitu; melatih pernafasan, melakukan psikoterapi termasuk hipnotis, dan memberikan sugesti.

Penderita histeria dapat menggunakan waktu luang atau leisure time nya sebagai bentuk penyembuhan, menggunakan waktunya untuk menenangkan diri, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan agar gejala-gejala yang dirasakan sedikit teratasi. Hal ini sebagai bentuk menumbuhkan psikologi positif dalam diri kita. Harapannya, mereka dapat belajar mengenali, mencintai, dan menghargai diri sendiri.

Referensi

Chodoff, P. (1982), Hysteria And Women American Journal Psychiatry 133 (11): 1295-1299

Fariza, Md. 5, Et AL. (2012a). A Study Of Hysteria Among Youth In A Secondary School In Malaysia. Advances In Natural And Applied Sciences, 6(4):565-571.

Fariza, Md. S. Et Al. (2012b). Faktor Histeria Dalam Kalangan Remaja Sekolah. Jumal Teknologi (Social Sciences), 59:21-27.

Macleod, Ad (2018). Abrupt Treatments Of Hysteria During World War I. History Of Psychiatry, 1914-18. Doi:10.1177/0957154×18757338.

Norlina, M. S. Et Al (2014). Pendekatan Spiritual Dalam Manangani Histeria, Sains Humanika, 2(1), 71-76

Putnam, & Jackson, J. (1906). Recent Experiences In The Study And Treatment Of Hysteria At The Massachusetts General

Hospital: With Remarks On Freud’s Method Of Treatment By “Psycho-Analysis”. The Journal Of Abnormal Psychology, 1(1), 26-41. Doi:10.1037/0076035.

Saparudin. LF. Et Al (2014). Simptom Histeria Dalam Kalangan Remaja Sekolah Di Malaysia Hysterical Symptom Among School Youth In Malaysia 36(2) 27-38.

Wolfsohn, & Mast, J. (1918). The Treatment Of Hysteria. Journal Of The American Medical Association, 71(25), 2057- Doi:10.1001/jama 1918.26020510003010